BCA Milik Konglomerat Hartono Bersaudara jadi Penyalur Rupiah Digital? Manajemen Buka Suara
JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) merespon langkah Bank Indonesia (BI) yang tengah melakukan seleksi terhadap bank besar nasional untuk menjadi wholesaler (penyalur) rupiah digital ke sektor ritel.
Executive Vice President Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F. Haryn menyatakan bahwa perseroan sebagai salah satu pelaku usaha perbankan senantiasa memberi support terhadap upaya menumbuhkembangkan sektor industri keuangan di Tanah Air.
“BCA sebagai perbankan nasional pada prinsipnya berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan salah satunya terkait dengan rencana Bank Indonesia dalam penerbitan rupiah digital menjadi alat pembayaran yang sah,” ujarnya kepada VOI pada Kamis, 25 Agustus.
Menurut Hera, pihaknya bakal memperkuat sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan perihal rencana ini.
“Kami akan senantiasa berkoordinasi dan berkomunikasi dengan regulator dan pihak terkait, monitoring serta mencermati aturan-aturan yang berlaku sehingga pada akhirnya dapat memberikan layanan terbaik sejalan dengan visi BCA yang senantiasa memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah,” tutur dia.
Sebagai informasi, wacana digital rupiah cukup sesuai dengan fokus bisnis dari bank milik Konglomerat Hartono Bersaudara ini, yaitu transaction banking. Mengutip rilis perseroan, per semester I 2022, total volume transaksi naik 40 persen year on year (yoy) mencapai 10 miliar transaksi, yang mayoritas berasal dari mobile banking
Lebih lanjut, dalam pemberitaan redaksi sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan jika bank sentral kini terus mematangkan rencana penerbitan rupiah digital dalam skema Central Bank Digital Currency (CBDC).
Kata dia, BI merencanakan opsi penunjukan beberapa bank besar sebagai penyalur ke segmen ritel. Adapun, penentuan siapa-siapa saja bank kakap tersebut masih dalam proses seleksi.
“Di Indonesia sendiri kami cenderung untuk mendistribusikan rupiah digital kepada wholeseller. Kami sekarang sedang dalam proses seleksi bank-bank besar yang akan mendapat mandat ini. Sementara untuk distribusinya sendiri akan menggunakan sistem blockchain,” ujar Perry dalam forum agenda 16th Bulletin of Monetary Economics, Kamis pagi, 25 Agustus.
Baca juga:
Dalam acara tersebut nampak hadir Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja yang turut dalam seremoni foto bersama dengan pejabat BI dan pemangku kepentingan lain di puncak kegiatan.
Adapun, perkembangan rupiah digital dalam skema CBDC merupakan respons atas keberadaan aset kripto yang berpotensi menimbulkan sumber risiko baru pada stabilitas ekonomi, moneter, dan sistem keuangan.
Mayoritas bank sentral dunia telah mulai melakukan tahapan riset dan percobaan sesuai dengan karakteristik negaranya masing-masing.
Selain itu, dukungan dan masukan industri juga merupakan masukan penting bagi bank sentral dalam merencanakan desain CBDC.
Berbagai bank sentral berhati-hati dan terus mempelajari kemungkinan dampak dari CBDC tersebut, termasuk Indonesia.
Bank Indonesia terus mendalami CBDC dan akhir tahun ini berada pada tahap untuk mengeluarkan white paper pengembangan rupiah digital.