Mundurnya Relawan Satgas COVID-19, Bagaimana Kelanjutan Penanganan COVID-19?
JAKARTA - Puluhan relawan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengundurkan diri dengan secara simbolik mengembalikan rompi dan kartu tanda pengenal milik mereka di depan Hotel The Media, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.
Mereka mundur karena kecewa Ketua Tim Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo memberikan bantuan berupa 20.000 masker dan hand sanitizer kepada panitia penyelenggara acara pernikahan anak perempuan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, Najwa Shihab yang digelar sekaligus acara Maulid Nabi pada Sabtu, 14 November.
Koordinator Relawan Satgas Penanganan COVID-19 Jabodetabek Abdul Mupid yang memimpin aksi tersebut menilai, tindakan Doni adalah bentuk ketidakpedulian terhadap relawan yang telah berjuang selama delapan bulan selama masa pandemi COVID-19. Selain itu, mereka menilai kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa tersebut seharusnya dibubarkan bukan malah diberikan bantuan.
"Mestinya acara ditertibkan bukan malah disumbang masker sebanyak itu sehingga menimbulkan kesan Satgas COVID-19 menyetujui kegiatan yang tidak menerapkan protokol kesehatan tersebut," kata Abdul Mupid dalam membacakan sikap puluhan relawan sebelum pengembalian rompi dan kartu tanda pengenal dilakukan, Kamis, 19 November.
"Apalagi, dalam peraturan urusan alat pelindung diri seharusnya menjadi tanggung jawab penyelenggara acara untuk wajib menyediakan bukan tugas Satgas COVID-19," imbuh mereka.
Sehingga, selain mengembalikan rompi dan kartu tanda pengenal mereka, para relawan ini mendesak agar Doni Monardo sebagai pimpinan Satgas COVID-19 beserta jajarannya untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Selain itu, akibat tindakan pembagian masker tersebut, relawan tersebut sudah tidak lagi mempercayai kepemimpinan Doni dalam menghadapi pandemi.
Jawaban Satgas COVID-19
Ketua Bidang Koordinasi Relawan Satgas COVID-19 Andre Rahadian menegaskan, pihaknya tidak tahu menahu masalah pengembalian atribut relawan yang dilakukan di depan Hotel The Media yang merupakan markas para relawan selama ini.
Meski begitu, dirinya tidak mempersoalkan pengembalian rompi dan tanda pengenal tersebut karena menganggap apa yang dilakukan oleh puluhan relawan ini merupakan bentuk aspirasi dan siap menampungnya. Selain itu, dirinya juga yakin meski puluhan relawan ini tak lagi bergabung di Satgas COVID-19 namun mereka pasti akan tetap membantu pemerintah untuk menangani pandemi COVID-19 dengan caranya masing-masing.
"Kami yakin dalam hati kecil para relawan mereka tetaplah relawan. Apalagi, selama ini sudah terbukti kerja para relawan mampu membantu warga yang mengalami masa sulit selama wabah COVID-19 ini," kata Andre dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga:
- Polri Beberkan Alasan Tak Periksa Gubernur Banten soal Kerumunan Penjemput Rizieq di Bandara Soetta
- Gubernur Sulsel Respons Instruksi Mendagri soal Sanksi Kepala Daerah Pelanggar Prokes: Menghukum Orang Ada Rambu-rambunya
- Polisi Kumpulkan Rekaman CCTV Sekitar Petamburan Terkait Kasus Protokol Kesehatan Acara Rizieq Shihab
Dampak penanganan COVID-19
Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menilai sebaliknya. Menurut dia, pengunduran diri ini tak berdampak banyak bagi penanganan COVID-19, apalagi anggota Satgas COVID-19 terdiri dari banyak pihak, termasuk kementerian dan lembaga.
Namun, dirinya tak menampik, hilangnya sejumlah relawan yang mengundurkan diri akan berdampak pada kerja di lapangan.
"Tidak akan terlalu berdampak tapi mungkin ada beberapa fungsi yang memang bisa saja terganggu. Tapi kan nanti bisa diganti," ungkap Miko saat dihubungi VOI.
Lebih lanjut, dia menyayangkan alasan para relawan ini mundur, karena adanya sumbangan masker dan hand sanitizer dari Satgas kepada penyelenggara acara pernikahan anak Rizieq Shihab dan Maulid Nabi. Sebab dia menilai, pemberian itu bertujuan baik untuk pencegahan, daripada tamu acara itu tertular COVID-19.
"Sekarang kalau mau dibubarkan kan juga sudah ada jawaban, ada perlawanan. Kalau nanti berkonflik penyebarannya akan semakin banyak," imbuhnya.
Selain itu, dia menilai, untuk agenda kemanusiaan seperti pandemi ini sebaiknya jangan sampai masalah politik dilibatkan. Sebab, meski tak secara terbuka menyatakannya namun Miko menilai, ada unsur politik di balik pengunduran diri para relawan ini.
"Jadi ini tidak berpengaruh (untuk penanganan COVID-19, red). Bahkan, sebaiknya orang-orang yang menjadi relawan tidak lantas berpolitik," tegas Miko.
Diketahui, sebelum acara pernikahan anak Rizieq dan Maulid Nabi digelar di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat pada 14 November, Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan BNPB Rustian mengantarkan bantuan berupa 10 ribu masker kain, 10 ribu masker kain, dan hand sanitizer ke panitia acara. Kata dia, inisiatif ini muncul dari Doni Monardo.
"Karena melihat adanya banyak orang yang berkumpul maka kami merespon dengan memberikannya (bantuan, red)," kata Rustian saat itu.
Doni Monardo menyatakan, pemberian bantuan tersebut dilakukan untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan dalam acara yang akhirnya menimbulkan kerumunan massa dan berujung pada pemeriksaan sejumlah pihak seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria hingga penyelenggara acara yang dilakukan oleh kepolisian guna mengusut adanya pelanggaran protokol kesehatan.
Pemberian bantuan yang akhirnya disoroti publik ini, akhirnya dijawab permohonan maaf oleh Doni beberapa waktu lalu. Dia menegaskan, pemberian masker dan hand sanitizer ini hanyalah upaya untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat yang hadir agar tidak terpapar COVID-19.
"Bisa dibayangkan kalau tidak ada bantuan masker, lantas ada yang terpapar COVID, satu sama yang lainnya bisa menulari maka dampaknya proses penularan akan terjadi semakin banyak, semakin mengkhawatirkan kita," ungkap Doni dalam permintaan maafnya beberapa waktu lalu.