Indef: Lebaran Jadi Penyelamat Ekonomi di Triwulan II/2022

JAKARTA - Wakil Direktur Indef, Eko Listyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2022 yang mencapai 5,44 persen secara tahunan atau year on year (yoy) tidak lepas karena momentum Hari Raya Idulfitri atau Lebaran.

Apalagi, kata Eko, setelah dua tahun mudik Lebaran dilarang, pada tahun ini pemerintah kembali mengizinkan mudik.

Bahkan, lanjut Eko, pemerintah juga memberi pelonggaran dengan memperpanjang libur Lebaran menjadi 2 minggu.

Jumlah pemudik juga meningkatkan lebih tinggi dibandingkan tahun 2019.

"Jadi bisa dikatakan Lebaran itu adalah penyelamat perekonomian di triwulan II/2022. Saya rasa itu punya implikasi positif mendorong konsumsi masyarakat. Dan ini kelihatan sekali tergambarkan dari angka peningkatan konsumsi yang mencapai 5,51 persen di triwulan II secara YoY dibanding triwulan II/2021,” katanya dalam diskusi daring, Minggu, 7 Agustus.

Dari sisi pertumbuhan konsumsi, Eko mengatakan, pada triwulan I/2022 hanya 4,3 persen. Sementara, di triwulan II/2022 meningkat menjadi 5,51 persen.

"Kalau (naik) 5,51 persen jadi memang ada akselerasi di dalam konsumsi masyarakat terutama konsumsi rumah tangga," jelasnya.

Lebih lanjut, Eko mengatakan, dari sisi sektoral juga terlihat sekali bahwa Lebaran menjadi penyelamat ekonomi.

Antara lain terlihat dari akselerasi kinerja transportasi dan pergudangan yang mampu tumbuh 21,27 persen.

"Saya rasa ini juga sangat besar pertumbuhannya. Sehingga kemudian mendorong dari sisi sektoral kontribusi sektor transportasi dan pergudangan yang sebenarnya stimulannya karena Lebaran," jelasnya.

Di sisi lain, Eko mengatakan tantangan ke depan akan berat. Hal ini karena momentum perayaan hari raya keagamaan tidak ada di triwulan III/2022.

Sehingga, dirinya memprediksi pertumbuhan di triwulan tersebut akan jauh lebih rendah dari triwulan II/2022.

"Nah kemewahan ini tidak ada di triwulan III/2022. Kita bilang kalau kita bisa pertahankan 5,44 persen, menurut saya sudah sangat bagus. Kalau bisa dipertahankan. Tetapi juga disinyalkan gambaran umumnya kemungkinan akan lebih rendah dari triwulan II, karena perayaan hari keagamaan sebesar Lebaran atau Natal itu juga tidak ada di triwulan II," ucapnya.