Poros Jakarta-Tokyo Makin Mesra: RI Bawa Kepentingan Ekspor Tuna, Jepang Bidik Peluang Industri
JAKARTA – Perintah melalui Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto disebutkan baru saja melakukan pertemuan penting dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Koichi Hagiuda di Tokyo.
Melalui siaran pers hari ini, Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia dan Jepang telah menyepakati sejumlah bidang kerja sama di bidang ekonomi.
Dalam penjelasannya, dia menyebut, jika salah satu yang didorong RI terkait dengan permintaan akses pasar untuk ekspor tuna kaleng.
Pasalnya, saat ini upaya pengiriman produk tuna ke Jepang cukup terkendala tarif masuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Thailand.
“Kami melihat ada complementary antara demand di Jepang dan suplai di Indonesia atas produk tuna ini, sehingga Indonesia berharap Jepang dapat menurunkan tarif untuk produk tuna kita agar Indonesia memiliki level playing field yang sama dengan negara lain di kawasan,” ujarnya pada Senin, 25 Juli.
Menurut Airlangga, beberapa hal lain yang menjadi pembicaraan adalah soal pengembangan sumber daya manusia (capacity building), teknologi digital, rantai pasok dan promosi industri hijau.
“Kami juga atas permintaan Pemerintah Jepang terkait kebijakan sertifikat bebas radioaktif untuk produk pertanian, perikanan dan makanan. Di sini kami tegaskan bahwa Badan POM telah menerbitkan revisi peraturan dan tidak lagi mewajibkan sertifikat bebas radioaktif untuk makanan olahan Jepang yang masuk ke Indonesia,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Hagiuda menyatakan kemajuan kerja sama industri otomotif kedua negara sudah sangat baik.
Hagiuda menilai, sejumlah perusahaan Jepang juga terus meningkatkan komitmen investasinya di Indonesia.
“Mitsubishi telah berkomitmen untuk memulai produksi electric vehicle di Indonesia pada awal 2023 yang bertujuan untuk memperluas pasar ekspor. Selain Mitsubishi dan Toyota, Nissan juga akan mengembangkan produksi electric vehicle di Indonesia,” katanya.
Hagiuda menyampaikan pula jika pihaknya berharap dapat terus menggali potensi kolaborasi antara kedua negara, mengingat hubungan RI dan Jepang telah berlangsung selama hampir 50 tahun.
“Di saat yang sama, pada 2023 Jepang juga menandai 50 tahun persahabatan dengan ASEAN. Ini adalah momentum yang tepat untuk terus menjalin proyek kerja sama di bidang ekonomi dan dunia usaha,” katanya.
Baca juga:
- Petani Sawit Curiga Ekspor CPO Sulit Hanya Alasan Pengusaha untuk Tekan Harga TBS
- Mendag Zulhas Targetkan Digitalisasi 1.000 Pasar Rakyat
- Mendag Zulhas Ingin Minimarket Bisa Pasok ke Warung-Warung Sekitar: Saya Punya Ide Ini Sejak 2004
- 220 Ribu Kendaraan Terdaftar di Program Subsidi Tepat Sasaran Pertamina, 80 Persen untuk Konsumsi Pertalite
Untuk diketahui, Indonesia juga menyambut baik inisiatif ASEAN–Japan Investing For the Future (AJIF) sebagai wadah sinergi untuk membuka peluang baru.
Adapun terkait dengan RCEP, RI berkomitmen untuk segera mengimplementasikan perjanjian yang ditandatangani pada 2020 serta kini dalam proses ratifikasi akhir yang diharapkan selesai pada Agustus 2022.
“Kita bisa meneruskan pembahasan ini, baik melalui pembahasan secara langsung maupun secara online. Saya ada rencana untuk kembali datang ke Jakarta meneruskan hubungan yang sudah baik ini,” tutup Menteri Hagiuda.