Presiden Meksiko Tolak Selamati Biden hingga Tuntutan Trump Diputus, Presiden Brasil Bungkam
JAKARTA - Setelah Joe Biden berhasil memenangi electoral college dalam Pemilu Amerika Serikat (AS), banyak pemimpin dari berbagai negara di dunia mengucapkan selamat. Namun dua negara yang dikenal sebagai sahabat Donald Trump, Meksiko dan Brasil, masih bungkam dengan hasil Pemilu AS.
Mengutip Associated Press, Senin, 9 November, Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang dijuluki 'Trump Tropis' karena gaya populisnya yang tidak biasa, bungkam atas kekalahan Trump. Sementara Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador menolak memberi ucapan selamat kepada Joe Biden saat ini, dengan mengatakan dia akan menunggu sampai tuntutan hukum atas Pemilu AS diselesaikan.
Trump dan dua pemimpin negara Latin tersebut memiliki beberapa kesamaan: Mereka tidak suka memakai masker selama pandemi COVID-19 dan digambarkan sebagai populis dan nasionalis. Tapi motif kedua pemimpin Latin itu mungkin berbeda.
Bolsonaro dan putra-putranya, yang seperti anak-anak Trump memainkan peran di panggung politik, tampaknya tidak nyaman dengan hasil Pemilu AS. Bolsonaro juga sebelumnya mengungkapkan harapan agar Trump terpilih kembali.
Anggota Kongres Eduardo Bolsonaro mengunggah foto di media sosial mempertanyakan bagaimana suara Biden meningkat begitu cepat dalam penghitungan sementara Trump tidak. Eduardo Bolsonaro juga mempertanyakan keputusan saluran TV yang memotong pidato Trump yang menyatakan adanya pencurian suara. Putra Presiden Brasil tersebut menilai tindakan seperti itu adalah serangan terhadap kebebasan berbicara.
Seorang pejabat senior Kedutaan Besar Brasil di AS, yang menolak mengidentifikasi dirinya, mengatakan para pejabat Brasil khawatir bahwa dukungan terbuka Bolsonaro dan putranya terhadap Trump dapat mengganggu kestabilan hubungan antarnegara. Pejabat di kantor kepresidenan, yang tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka, mengatakan Bolsonaro kini menggunakan nada yang lebih pragmatis, mengikuti arahan para penasihatnya.
Baca juga:
Sementara itu, hubungan mesra antara Presiden Meksiko López Obrador dengan Trump sering dipandang sebagai hal yang tidak biasa bagi politisi sayap kiri. Pada 2019, Trump mengancam akan menerapkan tarif yang melumpuhkan produk Meksiko kecuali López Obrador menindak migran Amerika Tengah yang melintasi Meksiko untuk mencapai perbatasan AS. Meksiko menuruti hal tersebut, mengumpulkan para migran dan mengantar mereka kembali ke negara asal mereka.
"Presiden Trump sangat menghormati kami, dan kami telah mencapai kesepakatan yang sangat baik, dan kami berterima kasih padanya karena dia tidak ikut campur dan menghormati kami," kata López Obrador.
López Obrador juga membuat marah banyak orang ketika melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri sebagai presiden selama musim panas untuk bertemu dengan Trump. Pertemuan tersebut guna merayakan berlakunya perjanjian perdagangan bebas AS-Meksiko-Kanada yang baru, yang oleh kedua pemimpin dipandang sebagai penyelesaian masalah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara tahun 1990-an.
López Obrador tidak bertemu dengan Joe Biden atau tim kampanyenya selama perjalanan itu. Luka tampaknya masih ada, meskipun Presiden Meksiko mengatakan dia mengenal Biden dan memiliki "hubungan yang sangat baik" dengannya. Meski demikian, Demokrat tidak mungkin membalas dendam terhadap Meksiko, tetapi kemungkinan pemerintahan Biden nanti diam-diam menekan Meksiko untuk membatasi penyeberangan migran dam hal tersebut lebih mahal secara politis bagi López Obrador.