Eksklusif Tanta Ginting Menemukan Kebahagian Sejati Lewat Akting

JAKARTA - Menyandang gelar Insinyur, Tanta Ginting sejatinya sudah mencapai pekerjaan dan pendapatan yang nyaman di Amerika Serikat. Namun, panggilan jiwanya untuk berkarir di jalur seni tak bisa diabaikan sehingga memilih kembali ke Indonesia pada tahun 2004.

Kini, Tanta menemukan kebahagian sejatinya lewat akting. Dia bisa menepis keraguan akan keputusannya dulu.

"Bersyukur waktu aku pertama kali masuk ke dunia perfilman di tahun 2010-2011 itu bisa dibilang masa-masa tumbuhnya perfilman Indonesia. Jadi aku bertumbuh barenglah dengan market-nya jadi of course pastinya seneng banget karena decision ini lumayan radikal ya," ujar Tanta ditemui di Jakarta Selatan, Rabu, 6 Juli.

Saat masuk dunia entertainment pertama kali, Tanta sudah masuk usia 28 tahun. Terlalu beresiko tentunya jika ingin memulai langkah baru.

"Mulainya dari nol ya dari extras. Kabur dan meninggalkan pekerjaan mapan di Amerika jadi ada deg-degannya juga. Tapi ya dalam waktu yang bersamaan aku punya dorongan “Saya gak boleh gagal nih” udah ngejar karier aja gitu jadi yang bikin lega juga akhirnya," katanya.

"Untungnya dunia industrinya berkembang jadi aku masuk di waktu yang tepat. Jadi aku bisa kerja dengan orang yang benar, dapat proyek yang bagus bisa berproses lah membuat film yang bagus yang bisa membantu karier ke depannya yang bisa full time actor," lanjut pria dengan nama lengkap Tanta Jorekenta Ginting itu.

Kini wajah Tanta seolah tak pernah turun dari bioskop. Secara bergantian yang dibintanginya tayang bergantian,

"Mulai tanggal 30 Juni sampai sebulan ke depannya ada satu film yang ada sayanya. Orang suka mikirnya “Wah Tanta syuting terus” enggak. Ini film yang ketahan dari sejak 2,5 tahun yang lalu, dua tahun yang lalu, setahun yang lalu gitu jadi ada satu film Ranah 3 Warna yang tayang 30 Juni kemarin itu kita syutingnya beberapa minggu/bulan sebelum pandemi pecah," katanya.

Tanta Ginting (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

"It is a dream come true but it’s not what I expected. Karena aku gak berekspektasi apa-apa, aku tahu ini dunia yang benar-benar baru yang aku tuh ya udah pengen nyoba aja ya udah nyebur aja gimana nantinya. Either nyalinya juara atau gobloknya kebangetan karena udah kerja sebagai engineer, 4 tahun, di Amerika. Gajinya bagus udah enak tiba-tiba gue mau jadi seniman," kenangnya.

Melihat pencapaian karirnya sekarang, Tanta seolah memberi jawaban atas keraguan orang atas keputusannya menjejakkan karir di entertaiment.

"Itu kan sampai sekarang kalau orang dengar ceritaku ngomong “Goblok deh. Lo ngapain sih” cuma ya panggilan hati sih. Jadi gini, walaupun aku kerja gajinya gede waktu di Amerika dan di sini gajinya kecil, aku lebih bahagia waktu aku mungkin gajinya kecil tapi berkarya di dunia entertainment karena ya mungkin di situ passion aku ya jadi ya lega," tegasnya.

"Sesusah apa pun kerjaannya pas kelar tuh lega. Sedangkan di engineering segampang itu pekerjaannya tapi aku gak puas, selalu “nih apaan sih ga enak banget” walaupun gajinya gede, kerjaan dikit tetep bersyukur," katanya.

Kepuasan berkarya, menurut suami dari Denalta Eunike ini, melebihi dari kepuasan menerima penghasilan kerja biasa. "Jadi aku pikir yang lebih dari itu lah. Masa hidup nyari duit doang. Mungkin karena lahirnya jadi seniman kali ya jadi mungkin lebih puas kalau berkarya gitu daripada kerja untuk orang lain," paparnya.

Di dunia seni, Tanta merasa bisa berproses dan menciptakan sesuatu yang bisa dinikmati orang lain. Itulah kepuasan yang dirasakannya.

"Aku puas sih jadi mungkin aku mikirnya aku lahir sebagai seniman ya jadi ya mikirnya berkarya itu lebih memuaskan daripada menjalankan sebuah kewajiban yang diberikan oleh atasan. Membuat karya sendiri dan bisa diberikan ke orang banyak yang menikmati atau tidak menikmati tapi dari situ bisa belajar proses itu yang bikin aku “ini enak nih” gitu," tegasnya.

Tanta Ginting (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Salah satu kunci kesuksesan yang diyakini Tanta adalah yakin dan tidak meragukan diri sendiri. "Gak pernah kepikiran sih untuk doubting my self karena aku orangnya lumayan hippie ya jadi go with the flow aja jadi aku bener-bener purely ngeliat tanda-tanda di sekitar. Itu yang aku lakukan dari dulu," terangnya.

Keputusan untuk pindah ke Indonesia itu berawal dari tak sengaja pulang ke Indonesia di tahun 2004 ada misi kita bantu orang-orang di Timur jadi aku ikut sebuah organisasi di Amerika tiba-tiba ngeliat kok indonesia enak.

"Dari situ akhirnya kayak ada tanda-tanda dari semesta, aku ikutan aja," paparnya.

Tentu bukan hal yang mudah baginya untuk menjelaskan keputusannya pada keluarga. "Sebenarnya dari yang aku lihat keluarga itu doubting my decision itu bukan karena mereka gak suka dunia entertainment tapi mereka gak ngerti gitu. Itu yang aku perhatikan dan aku pelajari banyak dari orang tua khususnya gak setuju dengan pemilihan karier anaknya itu karena bukan karena mereka gak suka tapi mereka gak ngerti. Jadi waktu itu aku mencari cara untuk membuat mereka ngerti bahwa ini adalah salah satu opsi untuk menjadi karier juga," kenang Tanta.

Kini, pria kelahiran 16 Oktober 1981 itu bisa membuktikan bahawa seniman bisa hidup juga. "Cara aku membuktikan ya kerja keras and then mencoba untuk berprestasi melakukan sesuatu yang besar yang akhirnya mereka bisa lihat. Karena salah satu alasan orang tua enggak setuju terutama bokap karena dia mikirnya 'Ah di industri cuma pengin santai santai doang nih karena di Amerika kerjanya ribet jadi engineer. Ke Indonesia cuma pengin santai doang.' Sekarang sudah bisa membuktikan tidak seperti itu," jelasnya.

Kemampuan beradaptasi dan mengikuti panggilan alam, adalah kunci sukses lainnya. Berawal dari keinginan untuk bermusik, Tanta juga mengikuti kode alam pindah akting. Karena setiap kali mencoba menjadi musisi, halangan dan rintangan selalu menghadang.

"Pas di Indonesia tuh awalnya saya mau jadi musisi tiba-tiba “No, kayaknya lo gak di musisi deh bro” jadi di-introduce ke musikal. Di musikal dikenalkan aktingnya. Akhirnya coba lagi. Eh dapat tawaran untuk akting. Loh kok lebih suka akting jadi ya bener-bener ngikut aja ngikut dari akting ya," paparnya.

"Jadi gak pernah ngedoubt kayak bener-bener selalu “eh ada tawaran ini, mungkin ini tanda dari semesta” ikutin aja. Selalu kayak gitu," terangnya.

Dari peran kecil, Tanta akhirnya bisa menunjukkan kerja kerasnya tak sia-sia saat mendapat debut peran utama di film Soekarno.

"Film Soekarno adalah film pertama yang akhirnya mengangkat namaku karena dapat penghargaan akhirnya di situ mereka lihat “Wah nih orang mau serius. Emang serius pengin bekerja di sini berkarier di dunia entertainment khususnya akting.” Jadi teman-teman di luar sana kalau ada orang tua yang masih menolak ya tugas kalian menunjukkan," saranya.

Tanta punya pesan untuk anak muda yang menentukan arah karir. "Berkarirlah. Lakukanlah sebaik mungkin apa yang kalian inginkan jangan cuma kabur dari satu situasi rasanya pengin coba yang lain. Enggak, harus bener-bener pengin jalanin karier itu sampai ke titik yang dibilang orang ini serius," sarannya.

Tanta Ginting (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Sempat terimbas pandemi COVID-19, Tanta Ginting bersyukur bisa berkarya tanpa kuatir lagi. Film-film yang tertunda akhirnya tayang, sambutaan penonton pun membuatnya antusias.

"Puji Tuhan perasaannya seneng banget karena kemaren kan kita ketahan dalam pekerjaan ya gak bisa mengerjakan banyak hal dan yang udah dikerjakan gak bisa ditayangin jadi gimana ya rasanya seniman sudah berkarya, karyanya di tahan-tahan gak bisa dishare, gak bisa dibagikan ya itu kan lumayan kayak ada yang nyangkut ya tapi sekarang pandemi mulai menurun dan hampir berakhir ya mungkin, bioskop mulai kembali normal, penonton juga antusiasnya naik lagi karena salah satu hal yang berat untuk kita di perfilman itu mengembalikan antusias penonton untuk kembali ke bioskop," katanya.

Rekor penonton Indonesia yang dibuat oleh KKN di Desa Penari menacapkan jumlah penonton terbanyak yang baru, 9,2 juta penonton membuatnya tambah bersyukur.

"Di awal buka kan mereka masih takut takut, masih gak yakin ini aman apa enggak tapi sekarang dengan adanya film KKN di Desa Penari yang bisa narik 9,2 juta penonton, Ngeri Ngeri sedap yang menarik 2,8 juta penonton. Itu kita bisa lihat berarti animonya udah naik lagi nih. Jadi kita bersyukur banget deh," jelasnya.

Seperti sebuah selebrasi, film Tanta pun bergiliran tayang di bioskop. Namun, dia menegaskan film tersebut udah dipersiapkan lama.

"Untuk jadwal tayang tiba-tiba pandemi gak tayang sama sekali. Akhirnya 2,5 tahun kemudian akhirnya dirilis tapi bersamaan dengan film-film saya lainnya juga. Madu Murni yang tahun lalu dan minggu depan ada juga Ivanna 1,5 tahun yang lalu kita syuting akhirnya tayang bersamaan," katanya.

Tanta Ginting (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Beruntunnya penayangan karena syuting terus dilakukan saat pandemi tapi tidak segera tayang karena bioskop ditutup. "Syuting sudah lama terus mau tayang eh enggak jadi tiba-tiba tayang terus tiba-tiba bentrok sama film yang syuting dan baru tayang juga. Jadi pernah kejadian gitu yang pusing promonya harus belah-belah gitu kan. Sampai sekarang aja Instagram udah kayak IG bioskop gitu, poster film semua," katanya sambil tertawa.

Meski terkesan lucu, namun Tanta bersyukur bioskop mulai bisa menayangkan film-film lagi. "Jadi ya happy juga sih," tegasnya.

Kepopuleran, menurut Tanta Ginting adalah bonus. 18 tahun berkarir di entertaiment Indonesia, pencapaian terbaiknya adalah bisa diterima bekerja dengan orang-orang yang berbeda, khususnya sutradara dan produser.

"Banyak orang mikirnya penghargaan, penghargaan ya menurut aku itu ekstra tapi untuk bisa diterima sutradara ini, sutradara itu kan banyak banget kita denger ah sutradara ini mainnya ama ini ini doang. Untuk aku bisa diterima di film proyek apa saja itu udah pencapaian tertinggi sebagai aktor artinya aku gak dicap sebagai aktor satu jenis saja karena ketakutan aku di awal waktu aku setelah film Soekarno, beberapa tawaran yang masuk itu aku dicap aktor film jadul," kenangnya.

Usai Soekarno, Tanta kemudian menjadi karakter antagonis langganan yang marah-marah terus. Akhirnya, Tanta mencari ilmu akting dari Lukman Sardi.

"Aku nanya 'Mas gimana sih bisa jadi kayak lu?' dia bilang, 'Kalau bisa lu ambil karakter berbeda-beda jadi range akting lo luas jadi orang melihat lo enggak cuma akting satu jenis aja.” Gue ikutin banget akhirnya gue ambil komedi, aku ambil drama, segala macem deh," katanya.

"Jadi gak cuma satu genre doang yang akhirnya it works. Formulanya mas Lukman bener jadi di saat orang lihat aku di film drama “Oh Tanta main drama” terus main ke action “Oh dia bisa action” jadi hampir semua itu pencapaian yang sangat tinggi di saat aku bisa diterima di genre apa saja dan sutradara dan produser siapa aja," tambahnya.

Tanta Ginting (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Kesetuan yang dirasakan Tanta bertambah ketika sekarang dipercaya playing age character. Dia harus beradu akting dengan aktor berbagai usia dan mengimbanginya.

"yang membingungkan nih antara mahasiswa atau bapak muda. Kemaren tuh lucu banget. Aku main film jadi anak mahasiswa bersama Jourdy Pranata, Zara Adhisty. Aku satu umur sama mereka ceritanya di saat yang bersamaan aku lagi syuting juga sebagai bapak muda," paparnya.

"Jadi gimana ya cuma itu kan bisa di-makeup in ya untuk bisa bermain di situ muda dan tua itu pencapaian yang sangat menyenangkan dan unik ya menurut aku karena gak semua orang bisa melakukan itu tapi ya aku menikmati aja sih untuk bisa berada di posisi itu," imbuh Tanta Ginting.

Rasa bahagia sesungguhnya dirasakan saat peran yang dimaikannya believable. Jujur, dia mengaku tidak semua peran yang dimaikannya berhasil.

"Senang itu kalau my character is believable. Tapi ada beberapa juga yang aku harus beraksen lain ternyata tidak believable itu aduh aku ambil sebagai proses lah kan kita gak selalunya sukses ya pasti akan ada miss and hit untuk karakter yang kita mainkan ya cuma di saat orang nonton itu bukan Tanta tapi karakter itu ya kebahagiaanku lah," katanya.

Hampir dua dekade, Tanta ingin bergerak lebih jauh. Ingin mengembangkan bakat dan minatnya.

"Impian tuh dari dulu kenapa aku ke dunia entertainment ataupun film, karena aku suka bercerita, suka bikin cerita karena aku juga awalnya dari drama komunitas, drama gereja, di mana aku nulis skenarionya, adegannya segala macem. Aku suka itu dan mungkin itu keinginan selanjutnya deh mungkin bisa jadi sutradara, at least awalnya jadi produser atau sesimpel bikin cerita dulu dan bisa diproduce sebagai film atau series. Mungkin itu ke depannya," harap Tanta Ginting.