Kelas Magang di SMKN Jateng, Lulus Bisa Langsung Kerja di Jepang Sambil Kuliah

JAKARTA - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Jawa Tengah membuka kelas magang ke Jepang untuk 40 siswa. Jadi lulusannya bisa langsung kuliah sambil bekerja.

"Ketika lolos seleksi, mereka bisa berkuliah sambil kerja di Jepang dan berpeluang diterima kerja pada perusahaan setelah selesai edukasi," kata Wakil Kepala SMKN Jateng Bidang Humas dan Kerja Sama Heri Purnomo di Semarang, Rabu 13 Juli dinukil dari Antara.

Kelas magang itu merupakan kerja sama antara SMKN Jateng dengan LPK PT Kebon Teknologi Indonesia. Nantinya bakal dilaksanakan kelas persiapan bahasa Jepang dan pengenalan budaya Jepang kepada calon siswa magang.

Ia menyebut program magang ke Jepang ini merupakan percontohan yang dilaksanakan pada awal semester ini.

"Ini merupakan bentuk kerja sama kelas industri magang ke Jepang, dari siswa kelas 11 bertalenta dan semangat kerja serta kuliah. Kami seleksi 40 orang, kemudian akan mengikuti pendidikan bahasa dan budaya Jepang selama setahun, di luar jam belajar sekolah," katanya.

Terkait kurikulum dan dukungan laboratorium kerja, kata dia, SMKN Jateng cukup kapabel yang dibuktikan dengan beberapa lulusan telah bekerja di Jepang.

Sekolah gratis di SMKN Jateng yang digagas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan dibiayai APBD Provinsi Jawa Tengah ini memiliki beberapa alat-alat modern yang menjadi standar industri seperti mesin Computer Numerical Control (CNC) yang dapat mencetak logam sesuai yang pemrograman komputer.

Selain itu, budaya kerja Jepang pun dibentuk di SMKN Jateng dengan memasang tanda atau istilah dalam bahasa Jepang seperti poster budayakan 5K Ketelitian (Seiri), Kerapihan (Seiton), Kebersihan (Seiso), Kesegaran (Seiketsu), dan Kedisiplinan (Shitsuke).

"Perlengkapan di sini mendukung di dunia kerja, anak-anak kami tak kalah saing melaksanakan kerja di Jepang, cuma memang perlu dibekali bahasa Jepang dan gaya hidup di sana. Lulusan kami ada yang sudah tiga dan empat tahun kerja di Jepang, ada yang kerja di pabrik per-cast, hingga mampu membelikan rumah, sawah untuk orang tua di kampung halaman," demikian Heri Purnomo.