Sekolah Gratis SMKN Jateng Berawal dari Masa Lalu Ganjar Pranowo yang Kesusahan untuk Sekolah
Ganjar Pranowo (Foto via Pemprov Jateng)

Bagikan:

SEMARANG - SMKN Jateng yang dirintis Ganjar Pranowo untuk anak kurang mampu ternyata kehidupan masa lalu Gubernur Jawa Tengah yang juga tidak mudah saat menempuh pendidikan. Kedua orang tua Ganjar kala itu keterbatasan biaya untuk kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan anaknya.

Bahkan, Ganjar kecil pernah berjualan bensin di pinggir jalan untuk mencari penghasilan tambahan agar tidak menyusahkan kedua orang tuanya yang bernama Pamuji dan Sri Suparmi.

Ditemui usai menerima kunjungan alumni SMKN Jateng di Puri Gedeh, Kota Semarang, pria berambut putih itu menceritakan ide mendirikan sekolah gratis bagi anak kurang mampu merupakan wujud refleksi dari masa lalunya yang mengalami keterbatasan biaya.

"Memang spirit saya waktu itu saya berkaca pada diri saya sendiri. Ketika dulu kita sekolah tidak mudah, kemudian orang tua tidak mampu, serba repot, tidak punya kendaraan, ongkos mahal, maka kita buat sekolahnya mesti gratis, boarding, ada penginapannya, makannya gratis," ujar Ganjar di Puri Gedeh, Senin 24 Juli.

Sampai pada saat terpilih menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah pertama kalinya, Ganjar tidak langsung melupakan masa-masa perjuangannya saat kecil demi bisa menempuh pendidikan.

Mengusung konsep pendidikan gratis yang dikhususkan bagi anak kurang mampu, Ganjar langsung mengalokasikan anggaran untuk mendirikan tiga SMKN Jateng, yakni di Purbalingga, Semarang dan Pati.

Selain bertujuan untuk menggratiskan pendidikan, Ganjar juga mengupayakan pengentasan kemiskinan di Jawa Tengah melalui SMKN Jateng untuk mengajarkan para siswanya menjadi lulusan siap kerja.

"Waktu itu saya melihat, satu banyak kemiskinan yang ada dan kemudian kita butuh lembaga belajar yang kalau siswa ke sana, keluar langsung kerja, maka saya bilang ini mesti disiplin, ini mesti bagus. Maka saya switch beberapa SMK, langsung kita jadikan boarding school, kita beri anggaran," ungkap Ganjar.

Hari ini, total ada 18 SMKN Jateng yang terdiri dari 3 boarding school dan 15 semi boarding school. Adapun 1.837 lulusan terdiri dari 3 SMKN Jateng, yakni SMKN Jawa Tengah Semarang 825 lulusan, SMKN Jawa Tengah Pati 336 lulusan, dan 676 lulusan SMKN Jawa Tengah Purbalingga.

Upaya peningkatan jumlah dan kualitasnya pun masih terus dilakukan Ganjar agar semakin banyak anak kurang mampu yang bisa mendapatkan kesetaraan pendidikan, sekaligus mempercepat penurunan kemiskinan di Jawa Tengah.

"Saya haqul yakin, kalau ini banyak kita catat, maka mereka-mereka ini sedang mengentaskan kemiskinan keluarganya. Mereka menjadi tulang punggung, kalau kita bisa produksi lebih banyak sekolah-sekolah SMKN Jateng semacam ini, dugaan saya mereka yang dari keluarga kurang mampu, akan bisa terentaskan dengan cepat," kata Ganjar.

Para siswa dan lulusan SMKN Jateng juga tak kalah dalam hal menorehkan prestasi. Terakhir, Ganjar mewisuda 258 lulusan SMKN Jateng pada bulan Mei kemarin. Mereka adalah angkatan ke-7 SMKN Jateng dan sebanyak 70 persen di antaranya langsung diterima kerja, bahkan diterima di perguruan tinggi negeri favorit.

"Saya terharu sebenarnya melihat anak-anak yang semangatnya luar biasa dengan background keluarga yang tidak mampu, tapi pada sisi yang lain ada guru-guru yang luar biasa mendampingi anak-anak atau murid diberikan akses," tutur Ganjar.

"Saya bangga betul, satu sudah kerja 4 tahun di Jepang, satu jadi Brimob tadi, yang satu kerja di KAI. Yang selalu saya katakan, setelah kamu seperti ini apa yang akan kamu lakukan untuk keluargamu dan kedua orang tuamu," sambung Ganjar.

Pencapaian Lulusan SMKN Jateng: Kerja di Luar Negeri hingga Jadi Anggota Kepolisian

Adalah Rafli Saputro, Dhimas Taufiq Widyanto dan Nanda Fatih Rizki Nasirudin, lulusan SMKN Jateng yang datang ke Puri Gedeh untuk menyampaikan terima kasih secara langsung ke Ganjar dan juga mengapresiasi keberhasilan SMKN Jateng yang dilahirkan Ganjar.

Rafli adalah angkatan pertama SMKN Jateng Pati tahun 2017. Dia adalah anak yang sempat viral di media sosial ihwal videonya yang sedang menunjukkan aktivitas keseharian di Jepang dan mengucapkan terima kasih ke Ganjar atas bantuan SMKN Jateng yang diterimanya.

Dia telah bekerja 4 tahun di salah satu perusahaan ternama, yakni PT ITAX Panasonic Jepang dengan penghasilan tak kurang dari Rp15 juta per bulan. Keluarga dan orang tuanya pun telah merasakan kesuksesan Rafli dengan dibelikan tanah senilai Rp180 juta.

Lalu Dhimas, angkatan kedua SMKN Jateng Semarang tahun 2018 yang saat ini menjadi anggota Brimob dengan pangkat Bripda. Dhimas mengisi jabatan Bintara Logistik Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jateng. Saat bertemu Ganjar, dia pun dengan bangga mengenakan seragam lengkap Brimob.

"Ini pertemuan alumni SMKN Jateng dengan bapak kami, Bapak Ganjar Pranowo yang telah berjasa mendirikan SMKN Jateng untuk semua orang-orang yang miskin dan fakir untuk bersekolah di SMKN Jateng. Atas jasa beliau alhamdulillah, kami alumni SMKN Jateng telah memberikan perubahan untuk kehidupan kami maupun kehidupan sekitar kami menjadi lebih baik dan berkualitas lebih dari masa lalu kami," ucap Dhimas.

Dhimas berasal dari keluarga kurang mampu dan menjadi anak yatim sejak usia 2 tahun. Sejak lulus dari SMKN Jateng, kini dia mengubah nasib kurang baik itu menjadi kesuksesan.

Dia juga telah berhasil membelikan rumah untuk ibunya dan mampu menjadi tulang punggung untuk adik-adiknya dan keluarganya dengan memberikan uang bulanan secara rutin.

"Inilah kami sekarang kami telah berubah karena berkat SMKN Jateng, kami jadi lebih baik dan termotivasi dan lebih maju dan lebih sukses ke depannya," terang Dhimas.

Selain Rafli dan Dhimas, hadir pula Nanda, putri kebanggaan keluarganya yang telah sukses usai lulus dari SMKN Jateng. Sama seperti Dhimas, Nanda adalah anak yatim dan kurang mampu yang beruntung masuk SMKN Jateng.

Dia adalah angkatan ke-6 SMKN Jateng yang direkrut langsung oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) ketika lulus. Kini, Nanda bekerja di PT KAI DAOP IV Semarang dan mengisi Divisi Sekretaris KA DAOP.

Dari hasil yang disebutkan di atas, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pun ikut menurun, seiring banyaknya lulusan SMKN Jateng yang telah bekerja dan memiliki penghasilan tetap untuk meningkatkan perekonomian keluarganya.