Investasi Telkomsel di GoTo Dinilai Jadi Aksi Korporasi yang Pas

JAKARTA - Langkah Telkomsel untuk berinvestasi ke  PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) adalah aksi korporasi yang menguntungkan yang sudah diperhitungkan dengan matang dari aspek bisnis. Sebagai perusahaan pelat merah, Telkom lewat anak perusahaannya tersebut, dinilai sudah tepat dan seharusnya memanfaatkan peluang dari pertumbuhan ekonomi digital yang terjadi.

Dukungan terhadap investasi tersebut disuarakan kalangan ekonom dan Dewan. Penasihat Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Edwin Sebayang menuturkan, saat ini Telkom sebagai emiten memang harus terus berekspansi menciptakan sumber pendapatan baru, tak lagi hanya mengandalkan pendapatan ‘voice’. Telkom harus bisa memanfaatkan big data yang dimiliki, agar bisnis tak stagnan dan menciptakan persepsi negatif ke investor.

"Jadi saya menilai, apa yang dilakukan  Telkom dengan berinvestasi di GoTo lewat Telkomsel sudah tepat. Ini pure aksi korporasi yang ujungnya akan mendongkrak pendapatan Telkom. Mereka memang butuh ekspansi," ujar Pengamat Pasar modal dari MNC Asset Management tersebut dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis 7 Juli.

Dengan big data yang dimiliki Telkomsel dan ekosistem digital yang dimiliki GoTo, Edwin pun yakin hasil positif akan didapat Telkom dalam beberapa waktu ke depan.

"Alibaba, Amazon sudah menikmati hal seperti ini. Ini bisnis model baru yang punya potensi keuntungan besar. Saya melihat bisnis GoTo juga sudah matang, bukan startup yang baru mulai," tuturnya.

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo berpendapat, perekonomian Indonesia ke depan memang akan banyak dikuasai oleh bisnis digital. GoTo sendiri diakuinya sudah sangat besar. Dalam dua tahun belakangan saja, kontribusi GoTo memang mencapai sekitar 2% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Hanya saja, terlepas dari aspek bisnis dan potensinya, untuk menghindari polemik berkepanjangan, dia menyarankan perlunya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengurai hal ini.

"OJK itu wasit industri keuangan. Untuk membuktikan apakah ada ‘sesuatu’ di aksi korporasi terkait dengan emiten di pasar modal, ada baiknya OJK memeriksa. Saham yang diperdagangkan juga harus dijalankan dengan baik dan perlu diketahui investor," tuturnya.

Tidak Berharap Harga Saham

Dalam jangka pendek saja, 12 bulan ke depan, Edwin memprediksi saham GoTo punya potensi menuju ke level Rp500 persaham. Artinya, jika Telkomsel membeli saham GoTo di harga Rp270 sebanyak 23,7 miliar saham, ada sekitar 80 persen keuntungan dari harga saham yang dibelinya.

Tapi, ia mengingatkan, investasi yang dilakukan Telkomsel sejatinya juga untuk jangka panjang, bukan sekadar mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham atau dividen semata.

"Saya yakin, banyak potensi bisnis yang bisa digarap GoTo, tak hanya sekadar bisnis pengantaran misalnya," kata Edwin.

Menurutnya, kecurigaan sebagian pihak terkait dengan aksi korporasi ini karena ketidaktahuan dari pihak yang menuduhkan. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan hitung-hitungan dari aspek bisnis yang memang jelas menguntungkan.

Manajemen Telkom sendiri menuturkan, tujuan Telkomsel berinvestasi di GoTo, semata demi melakukan sinergi bisnis yang memiliki nilai tambah. Dari hasil investasi di GoTo, pada 2021 Telkomsel telah menikmati nilai sinergi di atas Rp450 miliar, lalu Rp150 miliar pada kuartal I 2022.

Keuntungan tersebut bisa dilihat dari peningkatan jumlah pengguna Gojek yang menggunakan Telkomsel secara year-on-year. Termasuk peningkatan penetrasi jumlah penggunaan paket swadaya Telkomsel oleh pengemudi Gojek.

Lalu, pengemudi Gojek sebagai pengecer (reseller) juga tumbuh secara tahunan, seiring dengan pertumbuhan transaksi pembelian paket di GoPulsa dan paket data di aplikasi MyTelkomsel menggunakan GoPay.

Sementara, merchant GoFood juga bisa menggunakan paket data Telkomsel. Jika Telkomsel bersinergi dengan GoTo maka ada potensi revenue dari pembelian paket data oleh mitra Gojek, yang jumlahnya bisa mencapai Rp125 miliar/bulan atau Rp1,5 triliun/tahun.

Di luar itu, manfaat lain dari sinergi Telkomsel dan GoTo adalah terbentuknya ekosistem digital nasional.

Tak Perlu Pansus

Intan Fauzi, Anggota Komisi VI DPR RI yang juga Anggota Panitia Kerja (Panja) Investasi Telkomsel ke GoTo menegaskan, tujuan telkomsel berinvestasi ke GoTo juga tak terlepas dari kepemilikan lokal di Gojek dan Tokopedia. BUMN Indonesia di bidang telekomunikasi, kata dia, sudah selayaknya harus terjun ke dunia digital dengan serius.

"Artinya dari sisi itu kita membantu pertumbuhan para staff local dan sebagainya. Kemudian ini terkait tujuan jangka panjang. Jangan sampai nanti justru kita tertinggal dengan potensi digital yang di depan mata, lalu akhirnya malah dibanjiri dengan perusahaan-perusahaan asing," bebernya.

Iya yakin, aksi korporasi ini pun sudah melalui due diligence oleh kantor akuntan publik maupun oleh kantor hukum. Jadi, investasi ini menurutnya sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anggota Komisi VI DPR RI lainnya, Rudi Hartono Bangun menuturkan, kerugian yang sempat timbul akibat turunnya harga GoTo beberapa waktu lalu, tak seharusnya menjadi sebab investasi ini dipermasalahkan. Pasalnya, dengan investasi jangka panjang prospek perusahaan digital seperti GoTo sangat baik.

"Ketika ekonomi terserang pandemi, surut ya mungkin ada lah penurunan. Tapi ketika ekonomi membaik biasanya daya beli baik, termasuk bisnis digital seperti Gojek dn Tokopedia," ucapnya.

Kedua Anggota Panja ini pun memastikan, Panja yang digelar sudah bekerja dengan baik. Jadi menurutnya, tak perlu lagi dilanjutkan dengan Panitia Khusus (Pansus) terkait hal ini.

"Kalau seandainya ada statement yang menyatakan bahwa Panja ini masuk angin, enggak bener ya, Karena saat ini saya masih kerja meminta masukan, saran dan rekomendasi. Pansus itu capek, energi terbuang, kecuali ada hal-hal penting lainnya," kata Rudi.

"Kami masih terus berjalan dan bisa dilihat dari berbagai. Kami kan sudah memanggil Telkom, Telkomsel kemudian, para pakar itu sudah dua kali," kata Intan.