Polemik Beli Migor Pakai Aplikasi, Mendag Zulhas: Jangan Dibesar-besarkan, Cari yang Mudah Saja
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meminta untuk menghentikan polemik soal pembelian minyak goreng curah menggunakan aplikasi PeduliLindungi.
Menurut dia, penggunaan aplikasi PeduliLindungi hanya pilihan.
Jika dinilai sulit menggunakan aplikasi PeduliLindungi, kata Zulkifli Hasan, masyarakat bisa menggunakan cara yang lebih mudah yakni dengan nomor induk kependudukan (NIK) yang ada di KTP.
Namun, jika tidak ingin NIK KTP terekspose, bisa menggunakan PeduliLindungi.
"Jangan dibesar-besarkan, cari yang mudah saja. Kalau mudah beli pakai itu (aplikasi PeduliLindungi) pakai. Tapi kalau susah beli dengan aplikasi pakai KTP," katanya di Pasar Ciracas, Jakarta, Selasa, 5 Juli.
Zulhas sapaan akrab Zulkifli Hasan meminta masyarakat untuk tidak perlu membesar-besarkan sistem pembelian minyak goreng curah.
Sebab, ada pilihan yang diberikan, dan masyarakat dapat menentukan yang dinilai tidak ribet.
"Kalau pakai handphone lebih mudah silakan. Tapi kalau emak-emak gitu repot ya kan bawa handphone, cukup KTP," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Zulhas mengatakan, harga rata-rata minyak goreng curah adalah Rp14.000 per liter di wilayah Jawa, Sumatera dan Bali.
Sementara harga rata-rata nasional dikisaran Rp15.000 per liter.
Lebih lanjut, Zulhas menjelaskan, hal tersebut karena harga minyak goreng curah di sejumlah daerah di Indonesia bagian timur seperti di Sulawesi, Maluku, dan Papua masih sekitar Rp20.000 per liter.
Perbedaan harga tersebut disebabkan karena masalah logistik.
Sejauh ini, minyak goreng curah ke wilayah timur Indonesia masih menggunakan tempat penyimpanan berukuran besar seberat satu ton untuk setiap tangki.
Hal ini yang membuat distribusi minyak goreng ke pulau-pulau maupun daratan tinggi cukup sulit.
"Ongkos kirim mahal. Apalagi minyak itu berat, satu ton itu ongkosnya mahal," jelasnya.
Baca juga:
Karena itu, Zulhas mengatakan, kehadiran Minyakita diharapkan dapat memperluas jangkauan minyak goreng di masyarakat, khususnya wilayah Indonesia Timur.
"Karena itu kita akan coba nanti minyak Rp14.000 kita akan kemas dengan kemasan sederhana, mungkin akan lebih murah, mudah, sehingga nanti terbang jauh ke Sulawesi, Papua, Maluku bisa lebih murah dari sekarang rata-rata Rp20.000," ucapnya.