Presiden Republik Afrika Tengah Sebut Mata Uang Kripto Sebagai Solusi Inklusi Keuangan
JAKARTA - Cryptocurrency atau mata uang kripto adalah solusi untuk mengatasi keuangan khusus di Republik Afrika Tengah. Hal ini dikatakan oleh Presiden Faustin-Archange Touadera pada Minggu, 3 Juli mengutip biaya pembukaan rekening bank yang tinggi di negaranya.
“Alternatif untuk uang tunai adalah cryptocurrency,” kata Touadera pada acara peluncuran inisiatif crypto yang diselenggarakan oleh Proyek Sango di negara tersebut. Ini menjadikan mereka sebagai negara Afrika pertama yang membuat tender legal bitcoin pada bulan April. "Bagi kami, ekonomi formal bukan lagi pilihan," ucap Touadera, seperti dikutip Reuters.
Langkah untuk mengadopsi cryptocurrency di negara di mana penggunaan internet masih rendah dan listrik tidak dapat diandalkan, telah mengangkat alis atau membuat heran para ahli crypto di dunia. Bahkan anggota parlemen dan penduduk Republik Afrika Tengah juga dibuat bingung. Terakhir IMF (Dana Moneter Internasional ) juga mengeluarkan peringatan keras kepada mereka.
Baca juga:
Proyek Sango, termasuk "Sango Coin", didukung oleh Majelis Nasional Republik Afrika Tengah dan dipelopori oleh Touadera, yang mengatakan token itu akan menyediakan akses ke "gunung" sumber daya alam negara itu, termasuk emas dan berlian.
Situs web "Sango" negara itu mengatakan bahwa proyek itu akan "memfasilitasi tokenisasi sumber daya Republik Afrika Tengah untuk investor di seluruh dunia".
"Sango Coin akan menjadi mata uang generasi baru Republik Afrika Tengah," kata Touadera, tanpa memberikan rincian lebih lanjut maksud pernyataannya.
Antusiasme Republik Afrika Tengah pada cryptocurrency tampaknya tidak terpengaruh oleh kerugian baru-baru ini yang terjadi dalam nilainya. Bahkan saat harga bitcoin turun lebih dari 58% dalam tiga bulan terakhir, menurut data Refinitiv.