Datang ke Kabul dan Hadiri Pertemuan Ribuan Anggotanya: Pemimpin Taliban Terima Janji Kesetiaan, Puji Kemenangan Tahun 2021
JAKARTA - Pemimpin tertinggi Taliban Afghanistan Haibatullah Akhundzada, memuji pengambilalihan Afghanistan tahun 2021 oleh kelompoknya selama pertemuan pada Hari Jumat, yang menyerukan untuk menempa persatuan nasional dan dihadiri oleh para pemimpin agama dari seluruh negeri.
Juru bicara Taliban membenarkan bahwa Akhundzada, yang berbasis di kota selatan Kandahar, telah datang ke ibu kota Kabul untuk menghadiri pertemuan yang beranggotakan sekitar 3.000 laki-laki.
Setelah menerima janji kesetiaan dari para peserta yang mengangkat tangan, Akhundzada memuji kemenangan Taliban Agustus lalu, yang menandai berakhirnya perjuangan 20 tahun untuk menggulingkan pemerintah yang didukung barat dan mengusir pasukan pimpinan AS dari negara itu.
"Keberhasilan jihad Afghanistan tidak hanya menjadi kebanggaan bagi warga Afghanistan tetapi juga bagi umat Islam di seluruh dunia," katanya menurut Bakhtar News Agency yang dikelola pemerintah, menggunakan kata Arab yang berarti perjuangan spiritual, melansir Reuters 1 Juli.
Ketika Taliban meluncurkan pemerintahan sementaranya pada bulan September, Akhundzada yang misterius mempertahankan peran yang dia pegang sejak 2016 sebagai pemimpin tertinggi, otoritas tertinggi kelompok itu, tetapi dia jarang terlihat di depan umum.
Pidatonya di pertemuan para pemimpin agama datang seminggu setelah gempa bumi mematikan melanda Afghanistan timur, mengungkap kurangnya dukungan yang dapat diandalkan Taliban dari komunitas internasional.
Diketahui, ekonomi Afghanistan telah jatuh ke dalam krisis, karena pemerintah Barat telah menarik dana dan sanksi ketat, mengatakan bahwa pemerintah Taliban perlu mengubah arah pada hak asasi manusia dan perempuan.
Dalam pidato, Akhundzada meminta para pedagang untuk kembali dan berinvestasi di negara itu, dengan mengatakan bantuan luar negeri tidak dapat membangun ekonomi dan akan membuat rakyat Afghanistan lebih bergantung pada uang asing.
"Alhamdulillah, kita sekarang adalah negara merdeka. (Orang asing) tidak boleh memberi perintah kepada kita, itu adalah sistem kita dan kita memiliki keputusan sendiri," katanya menurut Bakhtar.
"Kami memiliki hubungan pengabdian kepada satu Tuhan, kami tidak dapat menerima perintah orang lain yang tidak disukai Tuhan," tukasnya.
Baca juga:
- Salah Arah Ekonomi Barat Kacaukan Produksi Pertanian Global, Presiden Putin: Kami Siap Penuhi Permintaan Petani Indonesia
- Presiden Putin Sebut Perusahaan Rusia Siap Ambil Bagian dalam Proses Pemindahan Ibu Kota ke IKN dan Pengembangan Nuklir Indonesia
- Kepada Presiden Jokowi, Putin Kenang Dukungan Rusia untuk Indonesia di Awal Kemerdekaan hingga Beragam Pembangunan
- Temui Vladimir Putin, Presiden Jokowi: Indonesia Tidak Memiliki Kepentingan, Kecuali Ingin Perang Berakhir, Rantai Pasokan Pangan, Pupuk, Energi Pulih
Dia mengatakan, kelompok itu menginginkan perdamaian dan keamanan dan bahwa negara-negara tetangga tidak perlu takut.
Sementara itu, Wakil kepala Taliban dan penjabat menteri dalam negeri Sirajuddin Haqqani berbicara dalam pertemuan itu pada Hari Jumat, mengatakan dunia menuntut pemerintah dan pendidikan yang inklusif, dan masalah tersebut membutuhkan waktu.
Silaturahmi ini adalah tentang kepercayaan, interaksi, kita di sini untuk membuat masa depan kita sesuai dengan Islam dan untuk kepentingan nasional, katanya.