Hanya 10 Persen Masyarakat Sadar Mengelola Sampah, Walhi Dukung FWB Kenalkan Green Konsumen ke Anak Muda
JAKARTA - Tingginya pola konsumsi saat ini tidak berbanding lurus dengan kesadaran konsumen bertanggung jawab terhadap lingkungan terutama masalah sampah yang dihasilkan.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Indonesia menghasilkan 67,2 juta ton sampah dengan rata-rata sampah per hari yang dihasilkan sebesar 85 ribu ton. Jumlah sampah yang dihasilkan diprediksi akan meningkat menjadi 150 ribu ton per hari pada 2025.
Kondisi ini menjadi kekhawatiran anak muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidup. Friend With Bako (FWB) bersama Thinkway.id menginisiasi gelaran talk show bertajuk Green Konsumen 'Bikin Kita Peduli Sama Lingkungan Hidup' pada Rabu kemarin.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Suci Fitria Tanjung menyoroti volume sampah yang ada di sungai. Saat ini sampah di sungai sudah setara dengan luas Monas.
Limbah domestik yang berasal dari limbah rumah tangga menjadi penyumbang terbanyak sampah di Jakarta. Pencemaran sungai tersebut diperparah dengan buangan sampah yang berasal dari limbah domestik warga kota satelit Jakarta.
"Melalui konsep green konsumen merupakan gerakan yang potensial, yaitu mengajak masyarakat untuk berlajar memilah sampah hingga akhirnya masuk Bantar Gebang," jelas Suci lewat pesan elektronik yang diterima di Jakarta, Kamis, 30 Juni.
Ary Fatanen dari Pakta Konsumen sebagai salah satu narasumber mengatakan, green konsumen merupakan gagasan dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh kepeduliannya terhadap lingkungan.
Perilaku ini dicerminkan kesadaran seseorang akan kewajibannya untuk melindungi lingkungan dengan secara selektif . Dimulai dari mencari, membeli, menggunakan, hingga membuang serta mengelola sampah produknya.
Ary bilang, saat ini masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah dalam mengelola sampah.
"Hanya sekitar 10 persen masyarakat Indonesia yang sadar perlunya untuk mengelola sampah. Sampah ini potensi bencananya mengerikan, kalau kita tak benar-benar perhatikan dalam pengelolaan sampah maka bisa menjadi problematika," jelas Ary.
Baca juga:
- Pemkot-Baznas Surabaya Bakal Tebus Ijazah 729 Pelajar yang Ditahan Sekolah karena Tunggak SPP, Totalnya Rp1,7 Miliar
- KPK Akan Ceramahi Hanura, Minta OSO Teken Deklarasi Jadi Role Model Antikorupsi
- Kementerian PPPA Pastikan Korban Kekerasan Seksual di Subang Dapat Pendampingan
- Butuh Rp4,2 Miliar untuk Relokasi Rumah Korban Longsor dan Banjir Bandang di 2 Kecamatan Kabupaten Bogor
Rivani dari perwakilan Koprol Iklim menyampaikan kisah inspiratif yang dilakukan rekan-rekannya di beberapa daerah salah satunya Kalimantan.
Di sana Koprol Iklim mengedukasi pemuda-pemudi untuk meningkatkan kesadaran mereka dan mengubah persepsi bahwa suatu saat mereka juga bisa menjadi korban dari krisis iklim yang terjadi.
Aksi nyata juga mereka lakukan seperti pembuatan tempat pembuangan akhir baru dengen memilah sampah organik dan nonorganik.
"Aksi nyata dalam merawat lingkungan hidup bisa dimulai dari kesadaran diri sendiri. Lalu lakukan hal yang kecil, mulai dari keluarga, kampus maupun kantor seperti bagaimana mengurangi sampah yang dihasilkan dari yang kita konsumsi," demikian Rivani.