Krisis Memburuk, Sri Lanka Tutup Sekolah dan Batasi Pasokan Bahan Bakar untuk Layanan Penting Dua Minggu ke Depan Mulai Hari Ini

JAKARTA - Sri Lanka akan menutup sekolah dan hanya mengizinkan pasokan bahan bakar untuk layanan yang dianggap penting seperti kesehatan, kereta api dan bus selama dua minggu ke depan mulai Selasa, kata seorang menteri, dalam upaya putus asa untuk mengatasi kekurangan yang parah.

Sri Lanka menderita krisis ekonomi terburuknya, dengan cadangan devisa pada rekor terendah dan pulau berpenduduk 22 juta itu berjuang untuk membayar impor penting makanan, obat-obatan dan, yang paling kritis, bahan bakar.

Industri seperti garmen, penghasil dolar besar di negara Samudra Hindia, dibiarkan dengan bahan bakar hanya sekitar seminggu hingga 10 hari. Stok negara saat ini akan habis hanya dalam waktu kurang dari seminggu berdasarkan permintaan reguler, perhitungan Reuters menunjukkan.

Sri Lanka akan mengeluarkan bahan bakar hanya untuk kereta api dan bus, layanan medis dan kendaraan yang mengangkut makanan mulai Selasa hingga 10 Juli, Bandula Gunewardena, juru bicara kabinet pemerintah, mengatakan kepada wartawan.

Selain itu, sekolah di daerah perkotaan akan ditutup dan semua orang didesak untuk bekerja dari rumah, katanya. Layanan bus antar provinsi akan dibatasi.

"Sri Lanka tidak pernah menghadapi krisis ekonomi yang begitu parah dalam sejarahnya," kata Gunewardena, melansir Reuters 28 Juni.

Terpisah, seorang pengemudi becak otomatis W.D. Shelton, 67, mengatakan dia telah mengantre selama empat hari untuk mendapatkan bahan bakar, menggambarkan bagaimana krisis yang terjadi.

"Saya belum tidur atau makan dengan benar selama ini. Kami tidak dapat penghasilan, kami tidak dapat memberi makan keluarga kami," lirihnya.

Sementara itu, Pemerintah Sri Lanka sedang berbicara dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang kemungkinan bailout, tetapi banyak orang tidak bisa menunggu selama itu dan permintaan paspor melonjak.

Angkatan Laut pada dini hari Senin menangkap 54 orang di lepas pantai timur, ketika mereka mencoba pergi dengan perahu, kata seorang juru bicara, setelah sebelumnya 35 'manusia perahu; ditahan pekan lalu.

Ilustrasi Colombo, Srilanka. (Wikimedia Commons/Anuradha Dullewe Wijeyeratne)

Kakak laki-laki Presiden Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri bulan lalu, setelah bentrokan antara pengunjuk rasa pro dan anti-pemerintah meningkat menjadi kekerasan di seluruh negeri yang menewaskan sembilan orang dan melukai sekitar 300 orang.

Eskalasi kekurangan bahan bakar dapat menyebabkan gelombang demonstrasi baru. Pemimpin oposisi Sajith Premadasa menyerukan agar pemerintah mundur.

"Negara ini telah runtuh sepenuhnya karena kekurangan bahan bakar. Pemerintah telah membohongi rakyat berulang kali dan tidak memiliki rencana untuk melangkah maju," katanya dalam sebuah pernyataan video.

Diketahui, stok bahan bakar pemerintah mencapai sekitar 9.000 ton solar dan 6.000 ton bensin, kata menteri listrik pada Hari Minggu, tetapi tidak ada pengiriman baru yang dijadwalkan.

Lanka IOC, unit lokal Indian Oil Corporation mengatakan kepada Reuters, pihaknya memiliki 22.000 ton solar dan 7.500 ton bensin, namun mengharapkan tambahan 30.000 ton pengiriman bensin dan solar digabungkan sekitar 13 Juli.

Sri Lanka diketahui mengkonsumsi sekitar 5.000 ton solar dan 3.000 ton bensin per hari, hanya untuk memenuhi kebutuhan transportasinya, ungkap kepala IOC Lanka Manoj Gupta kepada Reuters.

Konsumen besar lainnya adalah industri seperti perusahaan pakaian jadi dan tekstil, yang ekspornya melonjak 30 persen menjadi 482,7 juta dolar AS di Bulan Mei, menurut data yang dirilis pada hari Senin.

"Kami memiliki cukup bahan bakar untuk tujuh hingga sepuluh hari ke depan, jadi kami mengelolanya," terang Yohan Lawrence, sekretaris jenderal Forum Asosiasi Pakaian Gabungan Sri Lanka.

"Kami mengawasi dan menunggu untuk melihat apakah stok bahan bakar baru tiba dan apa yang akan terjadi dalam beberapa hari mendatang," tandasnya.

Adapun regulator listrik Sri Lanka mengatakan negara itu menggunakan stok minyak tungku terakhirnya, untuk menjalankan beberapa pembangkit listrik termal dan menjaga pemadaman listrik seminimal mungkin. Pemadaman listrik yang dijadwalkan akan meningkat menjadi tiga jam mulai Senin, dari sebelumnya dua setengah jam.

"Kami berharap untuk menjaga pemadaman listrik pada tiga hingga empat jam selama dua bulan ke depan. Tetapi mengingat situasi negara ini, ini bisa berubah," ujar Janaka Ratnayake, ketua Komisi Utilitas Publik Sri Lanka.

Sebuah tim IMF mengunjungi Sri Lanka untuk membicarakan paket bailout 3 miliar dolar AS. Negara ini berharap untuk mencapai kesepakatan tingkat staf sebelum kunjungan berakhir pada Hari Kamis, yang tidak mungkin untuk membuka dana segera.

Diketahui, Sri Lanka telah menerima sekitar 4 miliar dolar AS bantuan keuangan dari India. Kemarin, Pemerintah Sri Lanka juga mengatakan Amerika Serikat telah setuju untuk memberikan bantuan teknis untuk manajemen fiskalnya.

Melansir DW dari AFP, Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri sebesar 51 miliar AS atau setara Rp757,2 triliun yang jatuh tempo pada Bulan April. Negara tersebut bahkan tidak ammpu membiayai impor kebutuhan pokok sejak akhir tahun lalu, menjadi krisis ekonomi terburuk sejak merdeka dari Inggris tahun 1948.

Selain itu, Sri Lanka juga menghadapi rekor inflasi tinggi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan, yang semuanya telah berkontribusi pada protes berbulan-bulan, terkadang disertai kekerasan, menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mundur.