Ketua Majelis Syuro PKS Ajak Ulama Bela NKRI
PAMEKASAN - Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Habib Salim Segaf Al Jufri, mengajak para ulama, kiai, para habib, dan semua elemen masyarakat di Pulau Madura, Jawa Timur bersama-sama bergandengan tangan untuk membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Indonesia yang kita cintai ini akan terus menjadi baik jika masing-masing warga dari berbagai elemen peduli tidak hanya pada nasib dirinya, tapi pada juga pada bangsanya," kata Habib Salim di sela-sela acara istighatsah di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Al Islami Palpetto, Desa Plakpak, Kecamatan Pengantenan Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur dilansir Antara, Senin, 27 Juni.
Untuk bisa membela negara dalam bingkai NKRI tersebut, Habib Salim meminta agar belajar dari semut.
Dia kemudian menyitir kisah para semut yang dalam suatu waktu bertemu dengan Nabi Sulaiman dan pasukannya yang diceritakan dalam Al Quran surat An Naml, surat ke 27 ayat ke 18.
Saat semut bertemu dengan pasukan Nabi Sulaiman, sambung dia, seekor semut yang berteriak mengingatkan semut lainnya agar masuk ke tempat persembunyian karena khawatir terinjak karena ketidaktahuan Nabi Sulaiman.
"Kita harus belajar dari seekor semut. Ia tidak hanya memikirkan diri sendiri tapi memikirkan sekawanannya. Ia bahkan juga berkhusnudzon Nabi Sulaiman tidak tahu," ujar Habib Salim.
Menurut dia, Indonesia akan terus menjadi baik jika semua masing warga dari berbagai elemen peduli tidak hanya pada nasib dirinya sendiri, akan tetapi juga pada bangsa dan negara dimana ia tinggal.
"Perubahan tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu berusaha mengubahnya," katanya.
Untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik, ia juga menekankan akan pentingnya saling membantu atau saling menolong antara satu dengan lainnya, sehingga pada akhirnya tercipta kebersamaan.
Sebab, menurut dia, kebersamaan itu akan menguatkan dan merupakan kunci keberhasilan serta kemenangan.
"Tangan kita ini bisa mengangkat puluhan kilogram. Namun jika tangan dilepaskan dari tubuh, ia tidak berarti apa-apa. Karena tubuhlah yang meyanggah dan membuatnya menjadi kuat," katanya, menjelaskan hakikat dan contoh kebersamaan yang perlu dilakukan dalam menguatkan Indonesia ke depan.
Baca juga:
- Presiden Jokowi dan Ibu Negara Tiba di Jerman
- Rudal Jarak Jauh Rusia Hantam Apartemen dan Lokasi Dekat TK di Kyiv, Presiden Zelensky Desak Pasokan Pertahanan Udara Moderen
- KKB Teror Warga saat Main Badminton di GOR Deiyai Papua, Satu Orang Tewas Diberondong Senpi Laras Panjang
- Pembangunan IKN Nusantara Dapat Perhatian dari Investor Hong Kong, Minat Investasi di Infrastruktur Hingga Gedung Perkantoran
Ia juga mengajak para ulama, kiai dan lembaga pesantren agar ikut aktif memikirkan bangsa. Perjuangan membela NKRI, menurut dia, bisa diwujudkan ketika masing-masing menjalankan peran secara baik.
"Ada yang berjuang di DPR, DRPD Provinsi, atau kabupaten/kota. Ada juga yang berjuang di eksekutif menjadi kepala negara. Jika semangatnya sama, untuk membela negara, Indonesia akan menjadi baldatun toyyibatun wa robbun ghofur," ujarnya.
Pada bagian akhir sambutannya itu, Ketua Majelis Syuro PKS itu juga menjelaskan mengenai partai politik yang kini dipimpinnya, yakni PKS.
Menurut dia, PKS merupakan partai politik milik semua, yakni milik rakyat dan milik para ulama dan sebagai wadah perjuangan dalam membela kebenaran dan keadilan.
"Dan melalui PKS ini, kita juga bisa bergandengan tangan membangun bangsa ini bersama-sama. Di negeri kita ini ada anggaran yang harus terus dikawal agar sampai ke rakyat," ujar mantan menteri sosial pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Sejumlah tokoh dan ulama dari sejumlah pondok pesantren juga terlihat hadir dalam acara istighatsah itu. Antara lain KH Alawi, KH Fahrur, KH Abdu Latub, KH Abdul Majid, Habib Faisol, KH Sirajuddin, KH Abdul Aziz, KH. Umar dan beberapa kiai dan habib lain.