Dorong Indonesia Jadi Pusat Produk Halal Dunia, BI Gelar Pelatihan Bisnis untuk UMKM
JAKARTA - Bank Indonesia menilai ekonomi dan keuangan syariah menjadi salah satu solusi dalam menghadapi gejolak dan ketidakpastian perekonomian secara global. Bahkan, ke depan ekonomi dan keuangan syariah bakal diproyeksi mengalami tren positif.
Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Diana Yumanita mengatakan, berdasarkan sebuah riset, Indonesia cukup potensial di sektor ekonomi dan keuangan syariah. Di mana Indonesia menempati peringkat ke-5 dari 73 negara untuk kategori pelaku ekonomi dan keuangan syariah global pada 2019-2020.
Adapun pangsa pasarnya mencapai 11 persen dari total volume ekonomi dan keuangan sacara global.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia secara berkelanjutan, kata Diana, Bank Indonesia bersama stakeholder yang tergabung dalam komite nasional ekonomi dan keuangan syariah secara konsisten melakukan langkah-langkah strategis dalam menuju visi Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.
Baca juga:
Salah satu langkah nyata yang dilakukan BI sejalan dengan cetak biru di antaranya melakukan mendorong penguatan ekosistem rantai nilai halal. Upaya ini dilakukan melalui kolaborasi dalam pengembangan pelaku usaha syariah. Termasuk pada unit usaha pesantren dan UMKM syariah yang bergerak di sektor industri halal.
"Salah satu ikhtiar yang dilakukan oleh Bank Indonesia memberikan dukungan bagi UMKM syariah, dilakukan melalui penyelenggaraan bisnis coaching (pelatihan bisnis) yang akan memberikan bekal bagi UMKM dan pelaku usaha syariah lainnya dalam menggali potensi ekspor dan pemanfaatan digital market untuk produk halal," tuturnya, dalam acara ISEF, Kamis, 29 Oktober.
Diana mengatakan, pelatihan bisnis ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan volume usaha. Sekaligus berkontribusi bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia menuju Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.
Namun, kata Diana, ke depan gelombang tantangan yang akan dihadapi oleh UMKM syariah Indonesia akan semakin deras dan kompleks dengan fase post pandemi COVID-19 yang berjalan beriringan, dengan pergeseran pola konsumsi dan transaksi akibat era ekonomi digital 4.0.
"Maka dari itu perlu suatu ikhtiar yang dilaksanakan secara strategis dalam mendorong penguatan ekonomi UMKM syariah yang memiliki daya tahan dalam menghadapi ketidakpastian situasi dan kondisi ekonomi regional dan global melalui perluasan akses pasar global dan pemanfaatan ekonomi digital dalam perluasan pasar," jelasnya.
Seperti diketahui, pada situasi krisis ditahun-tahun sebelumnya, UMKMsecara umum telah berjasa menopang perekonomian secara nasional. Pada 2018 UMKM telah berkontribusi besar atau 61 persen dari total PDB Indonesia. Dengan tingkat penyerapan tenaga kerja mencapai 96 persen dari total tenaga kerja atau mencapai 116,9 juta orang.