Jangankan Liverpool, Kedigdayaan Real Madrid Bahkan Tak Terbendung oleh Perang Dunia II
JAKARTA – Real Madrid sukses mengalahkan Liverpool 1-0 dalam final Liga Champions UEFA di Stade de France, Paris pada Sabtu malam 28 Mei 2022. Kejayaan Real menjadikan klub sepak bola asal Ibu Kota Spanyol tersebut sebagai yang tersukses di Eropa, dengan keberhasilan 14 kali juara Liga Champions UEFA.
Satu gol dari pemain asal Brasil, Vinicius Junior pada menit ke-59 meneruskan umpan Federico Valverde, sudah cukup bagi Real untuk menang dan menjadi juara. Gelar tersebut sekaligus melengkapi kesuksesan klub yang dijuluki Los Blancos, Si Putih itu menjuarai Liga Spanyol 2021-2022. Gelar juara liga domestik yang mereka menangi untuk kali ke-35!
“Sebuah hasil yang fantastis. Kami baru saja menjalani pertandingan yang berat. Saya tidak tahu harus berkata apa lagi,” kata Carlo Ancelotti, pelatih Real dalam wawancara dengan BT Sport seusai pertandingan.
Seistimewa dengan klub yang dibesutnya, Ancelotti juga bukan kali pertama merasakan kenikmatan menjadi juara turnamen kasta tertinggi antarklub Eropa. Pelatih asal Italia itu sudah empat kali merasakan kebanggaan mengangat Trofi Liga Champions. Ancelotti memenangi bersama AC Milan pada 2002-2003 dan 2006-2007, serta Real Madrid pada 2013-2014 dan 2021-2022.
“Saya memang pegang rekor sebagai pelatih tersering menjuarai Liga Champions. Namun di balik kesuksesan itu, saya dibekali tim yang tangguh, disiplin, punya dedikasi, dan bermental kuat sebagai juara. Ini semua masalah mental,” lata Ancelotti lagi.
Dipengaruhi Kultur Sepak Bola Inggris
Real lahir akibat pengaruh kultur sepak bola Inggris. Cara klub tersebut berdiri pada 6 Maret 1902 sangat kental Inggris, karena dibentuk oleh sekelompok sarjana dan kalangan terdidik di Madrid dengan nama Madrid Football Club. Para pendiri itu pernah kuliah di Inggris, dan kembali ke kampung halaman tak hanya membawa gelar kesarjanaan namun juga budaya sepak bola.
Pelatih pertama Real pun diimpor dari Inggris, Arthur Johnson, yang berhasil membawa tim itu menjuarai Copa del Rey atau Piala Raja Sanyol empat musim berturut-turut dari 1905-1908. Seragam awal Real pun konon terinspirasi sebuah klub kecil Inggris dari Kota Kent, Corinthian FC, dengan warna putih berstrip biru.
“Satu-satunya orang yang tahu apa yang harus dilakukan saat itu adalah Johnson si orang Inggris. Dia pria yang bertutur lembut, namun memandang sepak bola sebagai sebuah permainan yang serius. Johnson menikah di Madrid pada hari Sabtu, namun pada Minggu pagi dia sudah muncul di lapangan untuk bertanding. Saya tidak tahu apa yang ada dalam benak istrinya saat itu,” kata Julian Palacios, presiden pertama Real Madrid, seperti dituliskan dalam buku White Storm: 100 Years of Real Madrid karya Phil Ball.
Sebagai sebuah klub asli Spanyol dan berasal dari ibu kota, Real mendapat perhatian istimewa dari Raja Alfonso XIII. Pada 1920, Raja klub itu diberi tambahan Real, yang berarti “kerajaan”, lengkap dengan lambang mahkota di atasnya. Berubahlah nama Madrid FC menjadi Real Madrid, sebagai duta Kerajaan Spanyol.
Jelas ada pengistimewaan dengan klub sekota yang dibentuk setahun setelah Real, yaitu Atletico Madrid. Jika Real dibentuk sekelompok mahasiswa Spanyol, Atletico didirikan sekelompok mahasiswa asal Basque yang tinggal di Madrid. Jadi kalau ingin melihat klub yang benar-benar asli Spanyol, itulah Real Madrid. Begitu pandangan Raja Alfonso.
Peran di Masa Pandemi dan Perang
Real Madrid adalah representasi ketangguhan dan keuletan Spanyol sebagai sebuan entitas negara dan bangsa. Ketika kompetisi Liga Spanyol pertama kali diluncurkan pada 1929, Real hanya menjadi runner up di belakang Barcelona. Namun pada musim berikutnya, Real lah sang penguasa.
Saat pandemi Flu Spanyol pada 1918, Real berada di garis depan dengan menyumbangkan obat-obatan dan peralatan medis. Real sempat kehilangan lambang mahkota ketika Raja Alfonso XIII ditumbangkan sekelompok politikus Partai Republik, yang mendirikan Republik Spanyol Kedua pada 1931. Nama Real Madrid kembali menjadi Madrid FC.
Klub tersebut menjadi alat propaganda siapa pun yang berkuasa di Spanyol. Saat Perang Saudara Spanyol 1936-1939, kompetisi berhenti. Real pun vakum karena banyak pemainnya yang kabur. Namun begitu perang usai, Real kembali menjadi alat propaganda. Kali ini pihak Nasionalis pimpinan diktator Jenderal Francisco Franco yang menumbangkan pihak Republik dari kekuasaan Republik Spanyol Kedua. Real adalah tim kesayangan Jenderal Franco.
Ketika Perang Dunia II berkecamuk pada 1939-1945, Real menjuarai dua musim Liga Spanyol dan tujuh kali memenangi Copa del Rey. Meskipun porak poranda akibat terimbas perang, Real mampu bangkit di bawah pimpinan Santiago Bernabeu Yeste yang pro Nasionalis sebagai presiden klub. Bernabeu dipilih oleh Jenderal Franco untuk membenahi Real.
Bernabeu lantas mendapatkan dukungan untuk membangun stadion baru dan merekrut pemain-pemain andal. Pemikiran visioner Bernabeu yang jauh ke depan, membuat Real yang sempat limbung karena porak poranda di masa perang, kembali bangkit. Dia mendapatkan pinjaman dari Banco Mercantil e Industrial untuk mengembangkan Real.
Bernabeu membangun stadion terbesar yang dimiliki sebuah klub Eropa, Estadio Real Madrid Club de Futbol pada 1944-1947. Dia dikritik karena membangun stadion yang dianggap terlalu besar untuk sebuah klub yang baru bangkit dari keterpurukan perang. Namun visi masa depan Bernabeu tepat, karena stadion yang dia bangun selalu disesaki penggemar Real. Stadion itu akhirnya dinamai Santiago Bernabeu, untuk mengingat jasa sang presiden membangkitkan klub itu dari reruntuhan akibat perang.
Bernabeu juga mendatangkan pemain-pemain top Eropa untuk mengangkat kembali prestasi mereka. Alfredo di Stefano (Argentina), Ferenc Puskas (Hongaria), dan Francisco Gento (Spanyol) adalah beberapa nama pesepakbola top dunia yang berhasil mengangkat Real kembali dari keterpurukan.
Seperti kata Ancelotti bahwa keberhasilannya membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions UEFA 2021-2022 disebabkan mentalitas tidak kenal menyerah para pemainnya, memang benar adanya. Ulet dan tidak kenal menyerah adalah kunci Real Madrid menjadi klub tersukses di Eropa, bahkan dunia.
Baca juga:
- Pelaku Penembakan Massal dan Produsen Senjata Api di Amerika Serikat Sama-Sama Cerminan Masyarakat yang Sakit
- Mengenang Buya Syafii Maarif: Warisan Kebaikannya Tak Bakal Habis Dimakan Zaman
- Mengurusi Problematika Praktik LGBT Ibarat Perang Tiada Akhir
- Tepatkah Formula E Dipakai Sebagai Media Kampanye Kebijakan Ramah Lingkungan?