Perundingan Damai Rusia-Ukraina Terhenti di Tengah Saling Tuding, Menlu Lavrov: Kami Tidak Diberi Pilihan Lain
JAKARTA - Negosiasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina mengalami stagnasi, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan dan Moskow mengindikasikan kembalinya perundingan mungkin sulit.
Rusia menuduh Ukraina mengeraskan pendiriannya dan Barat mendukung pemerintah di Kyiv, dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan bahwa Washington, London dan Brussel ingin menggunakan Ukraina untuk keuntungan strategis mereka.
Menlu Lavrov mengatakan, dia yakin tidak ada kesepakatan cepat dapat dibuat jika negosiator mencoba untuk mentransfer dialog, untuk fokus pada apa yang Barat katakan daripada situasi langsung di Ukraina. Itu mengesampingkan peluang untuk kemajuan dalam pembicaraan, tambahnya.
"Kami selalu mengatakan bahwa kami siap untuk negosiasi ... tapi kami tidak diberi pilihan lain," kata Menlu Lavrov, melansir Reuters 18 Mei.
Deketahui, Ukraina dan Rusia telah mengadakan pembicaraan damai intermiten sejak akhir Februari 2022, hanya beberapa hari setelah Moskow menginvasi tetangganya, tetapi ada sedikit komunikasi di antara mereka dalam beberapa pekan terakhir.
Juga pada hari Selasa, Wakil Menteri Luar Negeri Andrey Rudenko mengatakan Ukraina "secara praktis telah menarik diri dari proses negosiasi," sementara negosiator Rusia Leonid Slutsky, mengatakan pembicaraan tidak dilakukan dalam format apa pun.
"Departemen Luar Negeri (AS) seharusnya tidak mencoba menciptakan "kondisi" melalui bantuan militer ke Kyiv. Tidak berguna," kritik Slutsky.
Amerika Serikat diperkirakan akan menyetujui paket bantuan militer dan ekonomi senilai 40 miliar dolar AS untuk Ukraina minggu ini, dengan keseluruhan pasokan senjata dan bantuan dari Barat meningkat secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Terpisah, Penasihat Kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak mengkonfirmasi pembicaraan damai 'ditunda', karena Rusia tidak mau menerima itu tidak akan mencapai tujuan apa pun, bahwa perang tidak lagi berjalan sesuai dengan aturan Kremlin.
"Rusia tidak menunjukkan pemahaman kunci dari proses hari ini di dunia. Dan perannya sangat negatif," menurut media Ukraina.
“Kami bukan hanya 10 tahun, tetapi 20 tahun sejak Barat mulai menyiapkan alat, termasuk penggunaan NATO dan Ukraina untuk menahan Rusia sejak akhir 90-an. Selama bertahun-tahun kami bersikeras pada negosiasi, kami telah diabaikan,” tukas Lavrov.
Baca juga:
- Sindir Uji Coba Senjata Hipersonik AS, Rusia: Uji Coba Mereka Tidak Mencapai Mach 5, Rudal Kinzhal Kami Mencapai Mach 8
- Puji Perjuangan Pasukan Ukraina Selama 82 Hari di Azovstal Mariupol, Penasihat Presiden: Mengubah Arah Perang
- Tegas Peringatkan Rusia, Menhan Finlandia: Kami Tidak Takut dan akan Bertahan Hingga Penduduk Terakhir
- Rusia Setujui Evakuasi Tentara Ukraina yang Terluka dari Azovstal, Presiden Zelensky: Kami Berharap Menyelamatkan Mereka
"Sekarang kami akan menyelesaikan masalah tergantung bagaimana kami melihatnya. Saya akan selalu menekankan: kami siap menyelesaikan masalah kemanusiaan," tegasnya.
Presiden Vladimir Putin mengatakan pasukan Rusia sedang melakukan operasi militer khusus untuk demiliterisasi dan 'denazifikasi' Ukraina. Sementara, Barat dan Kyiv menyebut itu dalih palsu untuk menyerang.
Ribuan telah tewas dan jutaan mengungsi akibat perang. Ini juga membuat Rusia berada dalam cengkeraman sanksi Barat yang keras, dan telah menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan NATO.