Tegas Peringatkan Rusia, Menhan Finlandia: Kami Tidak Takut dan akan Bertahan Hingga Penduduk Terakhir

JAKARTA - Pejabat militer Finlandia menegaskan negara itu tidak gentar dengan Rusia dan siap mempertahankan diri hingga penduduk terakhir jika diserbu, terkait dengan rencana untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Meskipun Rusia adalah kekuatan militer utama, kami tidak pernah takut pada Rusia dan kami tidak akan takut pada mereka sekarang," kata Menteri Pertahanan Finlandia Brigjen Sami Nurmi kepada The National News di luar markas pertahanan Helsinki, seperti dikutip 18 Mei.

Bergabung dengan NATO telah memperkecil kemungkinan negara Nordik akan diserang oleh Rusia, sambung sosok yang bertanggung jawab atas kebijakan pertahanan Finlandia.

"Kami akan mempertahankannya sampai Finn (penduduk Finlandia) terakhir," tegasnya jika Rusia melakukan invasi terhadap negaranya.

Lebih jauh diterangkannya, Finlandia memiliki "kekuatan operasional, kekuatan yang lebih mampu dan moderen, sehingga dapat membuat pusat gravitasi bergeser ke arah yang kita butuhkan."

Ilustrasi artileri 155 K98 militer Finlandia. (Wikimedia Commons/MKFI)

Berbeda dengan tetangganya Swedia, yang juga berusaha untuk bergabung dengan NATO, Finlandia telah melanjutkan wajib militer sejak akhir Perang Dingin, memberinya kekuatan tempur 280.000 tentara, termasuk tentara cadangan.

"Setelah Perang Dingin, semua orang mengatakan kami tidak membutuhkan militer lagi. Saya pikir situasi hari ini membuktikan, kami benar dalam keputusan kami. Kami tidak menyingkirkan wajib militer dan tentara kami telah dimodernisasi juga," paparnya.

Diterangkannya, wajib militer mengharuskan semua pria berusia 18 tahun ke atas untuk berdinas selama satu tahun di militer. Menurutnya, hal tersebut mengilhami kemauan untuk membela negara, memahami apa yang dimaksud dengan keamanan.

"Kami adalah orang-orang yang sederhana dan keras kepala tetapi juga sejarah kami, tradisi dan kenangan yang kami miliki tentang Perang Dunia Kedua," ungkapnya.

"Kami tidak pernah mempercayai tetangga timur kami sedemikian rupa sehingga, kami dapat menyerahkan wajib militer umum atau pengembangan pertahanan kami, jadi kami selalu menjaga kemungkinan penggunaan kekuatan militer untuk melawan kami dan karena kami secara militer non-blok, kami telah mengurusnya sendiri," tandas Brigjen Sami.

Ilustrasi artileri gerak sendiri K9 Thunder militer Finlandia. (Wikimedia Commons/MKFI)

Bertarung di medan kasar Finlandia yang mencakup danau, rawa, dan hutan pinus sangat sulit, dengan Rusia telah mengalaminya dalam Perang Musim Dingin tahun 1940, di mana mereka kehilangan sekitar 300.000 prajurit.

Ribuan pulau di kepulauannya dan teluk-teluk kecil yang dangkal juga membuat hampir tidak mungkin untuk menyerbu dari laut.

Ini menjadi lebih sulit lagi dengan penggunaan lapisan ranjau yang terkonsentrasi di Finlandia. Angkatan lautnya juga akan dilengkapi dengan program Skuadron 2020, di mana ada empat fregat dengan kemampuan pertahanan udara dan berburu kapal selam.

Tak hanya itu, Finlandia juga memiliki gudang senjata yang sangat besar dengan 2.500 artileri dengan berbagai jenis ukuran dan teknologi, mulai dari mortir 120mm hingga artileri lacak K9 Thunder yang canggih.

Diketahui, invasi Rusia Ukraina telah menunjukkan kegunaan artileri, area yang agak diabaikan oleh militer lain, tetapi di mana Finlandia unggul.

"Taktik yang juga dikembangkan oleh pasukan Ukraina, seperti bergerak dalam kelompok kecil dan fleksibel, adalah hal yang menjadi spesialisasi kami," sebut Brigjen Sami.

Ditanya tentang kemungkinan tanggapan Finlandia jika Rusia mengancam akan menggunakan senjata nuklir, Brigjen Nurmi mengatakan “Nato juga memiliki (senjata) nuklir."

Dengan Finlandia di NATO, Rusia harus secara serius mempertimbangkan dampak dari setiap agresi di masa depan.