Ekonomi Singapura Minus 7 Persen di Kuartal III, Kapan Pulihnya?
JAKARTA - Ekonomi Singapura tercatat masih mengalami kontraksi, atau minus 7 persen pada kuartal III 2020 sebagai akibat dari pandemi COVID-19 yang melanda negara tersebut dan seluruh dunia. Namun sedikit lebih baik dibanding kuartal sebelumnya, menyusul pembukaan kembali ekonomi secara bertahap
Dikutip dari Channel News Asia, Rabu 14 Oktober, kontraksi ini lebih baik dari perkiraan ekonomi yang mencapai 7,6 persen, seperti yang disurvei oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) bulan lalu. Adapun kontraksi yang dialamin Singapura di kuartal II 2020 tercatat 13,3 persen.
Secara kuartalan atau kuartal-ke-kuartal (qtq), ekonomi Singapura tumbuh 7,9 persen pada kuartal ketiga, atau rebound dari kontraksi 13,2 persen pada kuartal sebelumnya. Sektor manufaktur tumbuh 2 persen year on year (yoy) di kuartal ketiga, dari posisi kontraksi 0,8 persen di kuartal sebelumnya.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menyebut, pertumbuhan ini didukung oleh ekspansi output produksi di klaster elektronik dan teknik presisi. Itu ditopang oleh permintaan global yang kuat untuk peralatan manufaktur dan semikonduktor.
Sektor manufaktur sendiri tumbuh sebesar 3,9 persen (qtq), perubahan haluan dari kontraksi 9,1 persen di kuartal kedua. Sektor konstruksi menyusut pada laju yang lebih lambat 44,7 persen pada skala tahun ke tahun di kuartal ketiga, setelah penurunan 59,9 persen di kuartal sebelumnya.
Baca juga:
Adapun, sektor konstruksi tumbuh sebesar 38,7 persen (qtq), rebound dari kontraksi tajam 59,4 persen pada kuartal kedua ketika sebagian besar aktivitas konstruksi harus dihentikan karena COVID-19. Kontraksi pada saat itu juga dipengaruhi pembatasan pergerakan di asrama pekerja asing.
Dalam sektor jasa, penerbangan dan sektor terkait pariwisata seperti transportasi udara dan akomodasi terus mengalami kontraksi yang signifikan, karena pembatasan perjalanan global dan permintaan perjalanan yang lamban membuat perjalanan udara dan kedatangan pengunjung hampir terhenti.
Industri jasa mengalami kontraksi sebesar 8 persen (yoy) di kuartal ketiga, memperpanjang penurunan 13,6 persen di kuartal sebelumnya.