Kepala WHO Pertanyakan Kebijakan Nol-COVID, China: Pelajari Lebih Lanjut, Tahan Pernyataan Tidak Bertanggung Jawab

JAKARTA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang disensor di internet China, setelah mempertanyakan keberlanjutan kebijakan Nol-COVID negara itu.

Sensor di Weibo dan WeChat, dua platform media sosial terbesar di China, menargetkan komentar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang mengungkapkan ketidaksetujuan yang jarang dengan kebijakan Beijing.

"Ketika kami berbicara tentang strategi nol-Covid, kami tidak berpikir bahwa itu berkelanjutan, mengingat perilaku virus sekarang dan apa yang kami antisipasi di masa depan," kata Tedros pada konferensi pers Selasa, mengutip peningkatan penularan Omicron, melansir CNN 12 Mei.

"Kami telah membahas masalah ini dengan para ahli China dan kami mengindikasikan, pendekatannya tidak akan berkelanjutan. Saya pikir perubahan akan sangat penting," sambungnya.

Kritik dari Tedros, yang dituduh terlalu dekat dengan China pada awal pandemi, datang hanya beberapa hari setelah pemimpin China Xi Jinping bersumpah untuk menggandakan kebijakan dan "dengan tegas berjuang" melawan semua kritik.

Akun pers resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Weibo, seperti Twitter di China, yang mengunggah komentar Tedros pada Rabu pagi, menarik gelombang komentar sarkastik dari pengguna China.

"Berjuang dengan tegas melawan kata-kata dan tindakan apa pun yang mendistorsi, meragukan, atau menyangkal kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi negara kita! Hancurkan Organisasi Kesehatan Dunia!" kata balasan teratas.

"Haruskah akun terverifikasi PBB diblokir kali ini?" kata yang lain.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian. (Twitter/@zlj517)

Pada pertengahan pagi, unggahan tersebut tidak lagi dapat dilihat di Weibo "karena pengaturan privasi penulis." Tidak jelas dalam situasi apa pengaturan itu diubah.

Tagar Weibo atas nama Tedros juga telah disensor, dengan gambar-gambar yang menampilkan wajahnya dihapus dari platform, meskipun unggahan yang berisi namanya masih terlihat.

Sementara di WeChat, sebuah artikel dari akun resmi PBB yang menyertakan komentar Tedros telah "dilarang membagikannya karena melanggar undang-undang dan peraturan terkait" pada Rabu pagi. Klip video pidato Tedros juga telah dihapus dari platform.

Komentar Tedros, meskipun sejalan dengan penilaian sebagian besar ilmuwan, juga memicu kemarahan Beijing, yang menyebut mereka "tidak bertanggung jawab."

"Kami berharap orang-orang yang relevan dapat melihat kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi China secara objektif dan rasional, mempelajari lebih lanjut tentang fakta-fakta dan menahan diri dari membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada konferensi pers Hari Rabu.

Pendekatan tanpa toleransi China untuk penguncian cepat, pengujian massal dan karantina telah melindungi sebagian besar penduduknya dari COVID-19 selama dua tahun terakhir.

Tetapi, hal itu telah menarik perbedaan pendapat yang meningkat karena penguncian menjadi lebih ketat dan sering di tengah penyebaran cepat Omicron.

Diketahui, Shanghai, kota terpadat dan kosmopolitan di negara itu, terhuyung-huyung dari penguncian enam minggu yang telah memicu kemarahan publik. Sementara ibu kota Beijing telah menutup sekolah, restoran dan sering meluncurkan pengujian massal untuk mengekang wabahnya.

Semnetara di wilayah lain, lebih banyak pemerintah daerah memberlakukan penguncian cepat sebagai tanggapan atas hanya segelintir kasus.