Vaksin Mungkin Solusi Permanen, Tapi Cuci Tangan adalah Solusi Paling Tepat untuk Saat Ini

JAKARTA - Pertambahan jumlah kasus COVID-19 di dunia terus terjadi. Berbagai hal dilakukan demi meminimalisir penularan. Vaksin jadi opsi. Sayang, opsi yang masih membutuhkan waktu lama. Kembali ke awal mungkin pilihan terbaik saat ini. Ketika orang-orang terus bicara tentang pentingnya cuci tangan. Penelitian terbaru mengingatkan kita akan pentingnya hal itu.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa kelangsungan hidup SARS-CoV-2 atau virus penyebab COVID-19 selama sembilan jam lebih pada kulit manusia. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko penularan melalui kontak langsung. SARS-CoV-2 lebih lama bertahan di kulit manusia dibandingkan dengan virus influenza A.

Untuk mengetahuinya, para ilmuwan mengevaluasi stabilitas SARS-CoV-2 dan virus influenza A yang dicampur dengan media kultur atau lendir pernapasan bagian atas yang ditaruh pada permukaan kulit manusia. Dari percobaan tersebut terlihat bahwa efektivitas disinfeksi kulit etanol 80 persen terhadap SARS-CoV- 2 dan IAV.

Dikutip dari jurnal berjudul Survival of SARS-CoV-2 and influenza virus on the human skin: Importance of hand hygiene in COVID-19 dari Oxford University, dijelaskan bahwa kelangsungan hidup SARS-CoV-2 pada kulit lebih lama dibandingkan di permukaan seperti baja, karet atau plastik. SARS-CoV-2 pada kulit manusia bisa bertahan hingga 10,22 jam-12,00 jam.

Durasi tersebut tentunya lebih lama dibandingkan dengan virus influenza A yang bertahan selama 1,57 jam-1,81 jam pada kulit manusia. Selain itu, SARS-CoV-2 dan virus influenza A dalam lendir atau medium pada kulit manusia benar-benar dapat dinonaktifkan dalam waktu 15 detik dengan pengobatan etanol.

Penelitian tersebut mendukung gaung yang disebar otoritas kesehatan dunia bahwa cuci tangan mampu menangkal COVID-19. Virus yang menempel pada tangan akan bertahan selama berjam-jam. Namun apabila higienitas tangan dijaga dengan mencuci tangan dengan sabun, maka virus tersebut dapat dinonaktifkan.

"Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin memiliki risiko kontak yang lebih tinggi dibandingkan IAV (influenza A) karena jauh lebih stabil pada kulit manusia daripada yang sebelumnya. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa kebersihan tangan yang benar penting bagi masyarakat pencegahan penyebaran SARS-CoV-2."

Jurnal tersebut juga menyatakan bahwa penelitian ini dapat berkontribusi pada pengembangan strategi pengendalian yang lebih baik dalam konteks COVID-19. Dengan mengetahui kelemahan SARS-CoV-2, masyarakat dapat mencegah terjadinya gelombang kedua atau ketiga dari pandemi COVID-19. 

Meski demikian, masih ada beberapa keterbatasan dari penelitian ini. Pertama, hanya satu strain SARS-CoV-2 dan hanya satu jenis influenza yang digunakan. Selanjutnya strain PR8 digunakan sebagai strain influenza alih-alih isolat klinis yang relevan. Hal ini diperlukan untuk lebih meningkatkan jumlah strain virus dan melanjutkan penelitian di masa mendatang, untuk memahami apakah ini.

Selain itu penelitian ini hanya menggunakan 3 sampel kulit dari spesimen otopsi dan 3 sampel lendir. Karena jumlah sampel kecil, dalam studi klinis di masa mendatang, tim ilmuwan berencana untuk menambah jumlah sampel dan mengevaluasi latar belakang klinis pasien.

Sejak awal kemunculan COVID-19, masyarakat sudah diperingatkan bahwa pertahanan pertama adalah menjaga kebersihan pribadi yang baik. Cuci tangan dengan sabun dan air sesudah berkegiatan dan sebelum menyiapkan makanan. Jika sedang batuk, tutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku tangan. Jika sudah telanjur menggunakan telapak tangan, jangan lupa segera mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.