Jalur Mudik Lebaran Bisa Jadi Invisible Killer, KPBB Ingatkan Racun Gas Buang Kendaraan
JAKARTA - Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyoroti tingginya pencemaran emisi karbon monoksida (CO) selama musim mudik Lebaran 2022. KPBB mewanti-wanti emisi gas buang kendaraan itu menjadi faktor invisible killer atau pembunuh tak terlihat.
Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safruddin mengingatkan, dari 17 orang meninggal dunia saat momen mudik Lebaran 2016, 11 di antaranya memiliki ciri-ciri keracunan emisi CO karena terjebak macet berjam-jam, paling banyak terjadi di pintu keluar Tol Brebes Exit (Brexit).
"Mereka yang meninggal dunia ini bukan karena kejadian tabrakan, terguling, tertabrak dan atau kecelakaan benturan fisik kendaraan bermotor, tetapi meninggal dunia oleh invisible killer akibat terpapar emisi kendaraan yang terjebak kemacetan berjam-jam selama perjalanan mudik Lebaran," kata Safrudin dalam keterangannya, dikutip Minggu, 8 Mei.
Safrudin menyoroti mudik 2022 menjadi luapan akumulasi larangan dua kali mudik Lebaran lantaran pandemi COVID-19 tahun 2020 dan 2021. Ramainya penggunaan kendaraan yang dipakai pemudik membuat emisi gas buang kendaraan salah satu sumber pencemaran udara menjadi tinggi.
Baca juga:
- Harus Tahu, Hari Ini Contra Flow Jakarta-Cikampek Masih Berlaku dari KM 47 Hingga 28
- Link CCTV untuk Pantau Arus Balik Mudik 2022 ke Jabodetabek
- Setelah Lebaran 2022, Pendatang Baru di Jakarta Pusat Diprediksi Mencapai 1.500 Orang
- Jadwal One Way dan Ganjil Genap Saat Arus Balik Mudik 2022 ke Jabodetabek
Ia menjelaskan, umumnya zat-zat polutan udara seperti karbon monoksida dan yang lainnya langsung mempengaruhi sistem pernapasan, pembuluh darah, sistem saraf, hati dan ginjal. Gejalanya seperti pusing-pusing, mual dengan penyakit ISPA, asma, hingga tekanan darah tinggi.
Zat seperti ini juga berdampak pada penyakit dalam seperti gangguan fungsi ginjal, kerusakan pada sistem syaraf, penurunan kemampuan intelektual (IQ) anak-anak, kebrutalan pada remaja, keguguran, impotensi, jantung koroner, kanker, dan kematian dini.
"Tentunya kita tidak berharap bahwa tragedi invisible killer yang membunuh para pemudik tersebut terulang kembali di tahun ini. Invisible killer membunuh, terutama CO, tanpa terlihat, tidak berbau dan membuai si calon korban dengan rasa kantuk yang kemudian tertidur dan tidak pernah bangun kembali," imbuhnya.
Untuk mencegah terulangnya korban pemudik meninggal karena invisible killer, Safruddin meminta para pemudik mempersiapkan diri untuk mengelola perjalanannya.
"Sehingga tidak melulu berada di dalam mobil dan sekitarnya ketika terjadi kemacetan yang panjang dan lama, melainkan harus keluar dari mobil dan menjauh dari posisi mobil setelah terlebih dahulu mematikan mesin mobil," tandasnya.