Hampir Satu dari Tiga Generasi Senior di Asia Tenggara Merasa Cemas Melakukan Pembayaran Online

JAKARTA - Penelitian Kaspersky yang berjudul "Mapping a secure path for the future of digital payments in APAC" mengungkapkan adanya kekhawatiran kelompok lanjut usia tentang transaksi online dan kepercayaan mereka pada perangkat lunak antivirus.

Penelitian Kaspersky yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan bahwa pertimbangan digital tentang keamanan siber dan pembayaran sangat memengaruhi perilaku pembelian konsumen di wilayah tersebut.

Terdapat 21 persen pengguna layanan pembayaran digital di Asia Tenggara masih mengalami kecemasan saat melakukan transaksi online. Di antara usia-usia lain, kekhawatiran tertinggi terjadi pada kelompok tertua, Generasi bisu (Silent Generation) (30 persen).

Menariknya, kelompok "senior" ini diikuti oleh generasi termuda sebesar 27 persen. Hampir 17 persen pengguna di Asia Tenggara mengakui bahwa mereka lebih suka membayar dengan uang tunai.

"Orang dewasa yang lebih tua bukan berasal dari era internet. Kekhawatiran mereka dapat dimengerti dan harus dilihat sebagai tindakan pencegahan untuk melakukan kesalahan yang dapat merugikan dalam teknologi yang masih mereka pelajari untuk digunakan. Namun, perlu dicatat bahwa sebagian besar dari mereka (26 persen) mempercayai platform pembayaran digital," kata Sandra Lee, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky dikutip Kamis 5 Mei.

Mengingat preferensi mereka untuk berhati-hati saat online, tidak mengherankan bahwa generasi tertua paling menyukai efisiensi perangkat lunak antivirus. Lebih dari 61 persen orang dewasa berusia 55 tahun ke atas menunjukkan tingkat kepercayaan tertinggi terhadap solusi keamanan dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda.

Sementara rata-rata, setengah dari semua generasi di Asia Tenggara (50 persen) memahami pentingnya penggunaan perangkat lunak antivirus untuk melindungi uang dan data online mereka, Gen Z menunjukkan kepercayaan paling rendah sebesar 46 persen, Milenial sebesar 49 persen, dan Gen X sebesar 52 persen.

Hampir 20 persen dari semua responden merasa bahwa penggunaan perangkat lunak antivirus sudah cukup, sebesar 17 persen responden merasa tidak yakin atau tidak mengetahui tentang bagaimana antivirus dapat membantu mereka mengurangi risiko kerugian finansial.

Secara mengkhawatirkan, masih ada sekitar 14 persen yang mengatakan bahwa perangkat lunak antivirus bukanlah alat penting dalam memerangi ancaman dunia maya yang dapat mengancam data keuangan dan properti.

Arti penting sebenarnya dari solusi keamanan harus dipahami dengan baik saat ini ketika kita kerap menghadapi segala bentuk penipuan keuangan, satu demi satu. Penjahat dunia maya memahami kebiasaan dan keadaan emosional kita, karena mereka juga manusia.

"Kami telah melihat bagaimana mereka menjadi semakin kreatif dalam menargetkan pengguna dengan serangan rekayasa sosial. Oleh karena itu kami mendesak semua generasi melihat ke perspektif lebih dalam yaitu untuk melindungi perangkat mereka dengan alat yang tepat demi mengamankan tidak hanya data tetapi yang paling penting adalah uang dari hasil jerih payah mereka," tambah Lee.