Rusia Sebut Ukraina Pilih Langkah Mundur dengan Mengabaikan Kesepakatan Istanbul, Singgung AS hingga Polandia
JAKARTA - Ukraina mengambil langkah mundur besar dengan mengabaikan kesepakatan yang dicapai di Istanbul dengan Rusia, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di TV Rusia.
"Saya pikir langkah atau dua langkah mundur ini dibuat atas saran rekan-rekan Amerika dan Inggris kami, mungkin, Polandia memainkan peran di sini. Mereka mundur dari posisi yang siap kami ambil sebagai 'yayasan' dan memberi tahu mereka tentang hal ini," katanya, melansir TASS 26 April.
Lebih jauh Lavrov mengatakan, pernyataan yang dibuat oleh otoritas Polandia dengan jelas menunjukkan, niat Warsawa untuk mengirim pasukannya ke Ukraina di bawah bendera penjaga perdamaian NATO.
"Ketika mengirim senjata dan pada dasarnya mengiklankan upaya mereka di daerah ini, semua pemimpin menyatakan mengirim pasukan NATO (ke Ukraina) bukanlah suatu pilihan," terang Lavrov.
"Kecuali Polandia, yang Perdana Menteri Mateusz Morawiecki mengusulkan beberapa operasi penjaga perdamaian di Ukraina, yang jelas tertarik untuk mengirim prajuritnya ada di bawah bendera penjaga perdamaian," sambung Lavrov.
Terkait dengan hak Veto, Menlu Lavrov menilai keinginan AS dan negara-negara Barat lainnya yang berusaha untuk mendevaluasi hak veto di Dewan Keamanan PBB sebagai tren yang berbahaya.
"Saat ini, Amerika dan negara-negara Barat lainnya mencoba untuk mendevaluasi hak veto ini, dengan mendelegasikan hak prerogatif Dewan Keamanan PBB kepada Majelis Umum PBB, di mana, dengan memelintir senjata, memeras, mengancam, hingga ancaman terhadap rekening bank delegasi," ujarnya.
Menlu Lavrov mengatakan, situasi saat ini di Ukraina akan menghasilkan sebuah perjanjian, tetapi parameternya akan ditentukan oleh situasi pertempuran yang sebenarnya.
"Seperti dalam situasi apa pun ketika angkatan bersenjata digunakan, tentu saja, semuanya akan berakhir dengan perjanjian. Namun, parameter perjanjian ini akan ditentukan oleh tahap tindakan militer, ketika perjanjian ini akan menjadi kenyataan," tandasnya.
Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, lanjut Menlu Lavrov, tidak melihat draf perjanjian yang diperbarui dengan Rusia, menunjukkan sikapnya terhadap negosiasi.
"Seminggu yang lalu, setelah konferensi video lain, kami menyampaikan kepada mereka versi terbaru dari perjanjian yang memperhitungkan komentar terbaru mereka, seperti yang biasanya terjadi," ungkapnya.
"Jadi, kami telah menunggu selama seminggu, ketika beberapa hari yang lalu, minggu lalu (mungkin sudah lima hari sejak kami menyampaikan ide-ide kami) ketika Presiden Zelensky ditanya pada konferensi pers bagaimana dia menilai mereka, karena kami secara terbuka mengatakan bahwa dokumen semacam itu pergi ke Kiev, dia berkata: "Kami tidak menerima apa pun, semua ini tidak benar, kami belum melihat apa-apa," sambuhg diplomat tersebut.
Baca juga:
- Helm dan Rompi Pelindung Balistik yang Dipakai Presiden Zelensky serta Pengawalnya Buatan Turki, Dipesan Secara Khusus
- Inggris Jatuhkan Sanksi Terhadap Jenderal Rusia, Termasuk Komandan yang Diduga Terlibat Pembantaian Bucha
- Ledakan Guncang Masjid Syiah di Afghanistan Utara: 11 Orang Tewas, ISIS Klaim Bertanggung Jawab
- Perintah Tegas Presiden Putin ke Menhan Shoigu: Batalkan Penyerbuan ke Pabrik Mariupol, Blokir hingga Lalat Tidak Bisa Masuk
"Kemudian ternyata ketika kami bertanya lagi kepada negosiator Ukraina mengapa mereka tidak melaporkan kepada presiden, jika dia tampaknya secara pribadi mengendalikan apa yang terjadi pada negosiasi ini, mereka (mengatakan) ya, tapi dia sepertinya tidak punya waktu. Ini sekali lagi menunjukkan bagaimana dia memperlakukan negosiasi, sementara dia dengan sombong mengatakan bahwa dia selalu lebih suka perdamaian," papar Lavrov.
Ditambahkan olehnya, Rusia sudah melakukan banyak hal untuk menyelesaikan krisis global saat ini.
"Rusia sudah melakukan banyak hal," pungkasnya berbicara tentang upaya Moskow untuk menstabilkan situasi di seluruh dunia.