Restoran Ta Wan yang Tertawan COVID-19, Mencoba Bertahan dengan Jualan di Pinggir Jalan
JAKARTA - Siang itu di sebuah kantor cabang bank BUMN yang berada di wilayah Kota Bekasi, tampak antrean mengular hingga ke bagian teras. Tak hanya orang-orang yang berurusan dengan si bank saja yang terlihat di situ, tapi juga ada dua orang pelayan sedang menjajakan makanan yang dijual di restorannya.
Diketahui, pelayan tersebut berasal dari restoran Ta Wan. Mereka menawarkan paket makanan Rp30.000, harga yang terbilang murah jika dibanding dine-in di restoran Ta Wan yang ada di mal-mal.
Ya, di tengah masa pandemi COVID-19, pengusaha restoran Ta Wan mengubah strategi, dari berjualan di mal atau pusat perbelanjaan, kini berubah jadi berjualan di pinggir jalan, door to door (dari rumah ke rumah), sampai banting harga 'jemput bola' ke pembeli.
Meski di Kota Bekasi belum kembali ditetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti di DKI Jakarta, namun tetap saja pengunjung mal belum bisa seramai seperti saat sebelum pandemi melanda. Hal tersebut pun menuntut pengusaha restoran melakukan hal yang "beda" agar penjualannya tetap berjalan.
Direktur Operasional PT Eatwell Culinary Indonesia yang membawahi Ta Wan, Andrias Chandra mengatakan, itu dilakukan agar bisnisnya bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19. Ia menjelaskan, strategi ini baru diterapkan setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk menerapkan kembali kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat jilid II.
PSBB kali ini memang berbeda dengan yang pertama kali diterpakan awal Maret lalu, di mana pusat perbelanjaan dan restoran boleh beroperasi. Namun, restoran tetap tidak boleh melayani dine-in atau makan di tempat.
"Iya benar jualan door to door. Kami jemput bola karena dine-in kan ditutup. Sejak PSBB ketat lagi tanggal 14 September kemarin ya kami lakukan strategi ini. Itu memang salah satu upaya kita untuk bisa terus bertahan di masa yang sulit ini," tuturnya, saat dihubungi VOI, di Jakarta, Kamis, 8 Oktober.
Tak hanya menerapkan strategi menjemput bola, Andrias mengatakan, demi menarik konsumen pihaknya juga menjual makanan dengan harga yang jauh lebih murah daripada yang dijual di restorannya.
Saat ini, PT Eatwell Culinary Indonesia menaungi beberapa brand restoran ternama, yaitu Ta Wan, Ichiban Sushi, Dapur Solo, dan Eat & Eat.
"Harganya makanan di group kami sekitar Rp22.000 hingga Rp30.000 per porsi. Jenis makanannya, sudah kami pilih. Karena walaupun door to door pun, kualitas produk tetap kami jaga," jelasnya.
Baca juga:
Lebih lanjut, dia menjelaskan, makanan yang dipilih untuk dijual dengan sistem jemput bola adalah yang lebih tahan lama, sehingga tidak cepat basi. Selain itu, restorannya juga menerapkan standar maksimal 3 jam dari masak, harus terjual. Jika, lewat dari 3 jam, maka tidak jual lagi ke konsumen.
Andrias menjelaskan, strategi jenis ini tak terapkan di semua outlet atau restoran yang dimiliki. Ia mengatakan, ini hanya untuk outlet yang di daerahnya ada larangan dine-in.
"Kami juga jalankan ini hanya di outlet-outlet yang tutup dine-in-nya. Cuma di Jakarta saja," jelasnya.
Namun keterangan Andrias ini terbantahkan. Karena ada juga pelayan restoran di wilayah Bekasi yang menjajakan makanana Ta Wan kepada orang-orang dengan sistem jemput bola seperti ini.
Meski sudah berjualan di jalan seperti itu, Andrias mengakui belum bisa tutup biaya sewa mal hingga listrik. Namun menurut dia, hal ini jauh lebih baik setidaknya penghasilan itu lumayan untuk menambah biaya gaji karyawan.
"Sales yang didapat ya lumayan, tapi kalau dibilang bisa menutup semua biaya overhead dll, ya itu belum cukup. Paling tidak, ada cash masuk untuk membayar gaji karyawan. Itu target utama kami saat ini," tuturnya.
Meski mengalami penurunan omzet, Andrias mengatakan, pihaknya tetap mendukung program pemerintah untuk penanganan pandemi. Sehingga, pihaknya akan ikut aturan yang ada. Ia berharap pandemi ini bisa segera selesai agar bisnisnya bisa berjalan kembali normal.
"Tujuan berjualan di jalan hanya supaya kami tetap bisa buka outlet, karyawan tetap kerja. Daripada dirumahkan atau di PHK, kami berusaha dulu sebisanya bertahan dengan cara ini. Bisa lihat kondisi di mal-mal, ataupun restoran-restoran lain, ya kurang lebih sama dengan kami," jelasnya.