Saking Hebohnya Kabar Trump Positif COVID-19, Wacana Debat Cawapres AS 2020 Redup
JAKARTA - Hebohnya kabar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump positif COVID-19 mengalihkan ingar bingar agenda pesta demokrasi selanjutnya: debat cawapres. Debat antara cawapres pendamping Trump, Mike Pence dan pendamping Joe Biden, Kamala Harris akan berlangsung pada 7 Oktober.
Melansir Fox News, Senin 5 Oktober, agenda itu merupakan satu-satunya pertunjukan debat antara Pence dan Harris. Padahal debat tersebut digadang-gadang sebagai "penawar kekecewaan" pada debat sebelumnya antara Donald Trump dan Joe Biden. Sedikit bahasan, debat Trump-Biden dinilai kurang menyampaikan visi dan misi masing-masing melainkan hanya menyuguhkan serangan pribadi antara Trump dan Biden.
Selain itu, momen debat cawapres ini memberi pemilih kesempatan karena akhirnya dapat melihat Kamala Harris yang sebenarnya. Kamala Harris sempat mendapat kritikan akibat tidak banyak muncul di publik setelah ditetapkan sebagai cawapres.
Ia juga tidak terlalu mengambil sikap pada isu-isu kritis dan secara rutin menolak untuk menjawab pertanyaan terkait kampanye. Penampilan senator California itu bisa berdampak besar pada lintasan balapan.
Pertemuan antar-cawapres AS juga akan menjadi gladi bersih untuk 2024. Menang atau kalah pada Pilpres AS 2020, Harris memiliki peluang menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat empat tahun dari sekarang. Bahkan Mike Pence bisa saja menduduki puncak tiket Partai Republik untuk menjadi capres pada 2024.
Moderator debat cawapres Susan Page dari USA Today diharapkan agar mampu menuntut Harris berbicara lebih kepada pemilih. Karena orang sedikit banyak tahu tentang Pence, namun tidak dengan Harris.
Debat cawapres kurang memikat
Debat Cawapres AS acap kali terasa hambar. Pada 2016, ketika debat pertama antara Trump dan Hillary Clinton menarik rekor 84 juta penonton. Namun hanya 37 juta orang yang peduli untuk menonton debat Mike Pence dan Tim Kaine.
Satu-satunya debat Cawapres AS yang menarik perhatian asyarakat adalah pada 2008 antara Joe Biden, yang kala itu mencalonkan diri dengan Barack Obama dan Sarah Palin, cawapres yang berdampingan dengan capres John McCain. Ketika itu 70 juta orang AS menyaksikan debat tersebut.
Palin saat itu adalah tokoh baru dan belum teruji, serta terkadang mengeluarkan pernyataan kontroversial. Tapi alasan sebenarnya dari ketertarikan dalam debat itu adalah media membuat khawatir masyarakat AS tentang kesehatan McCain yang saat itu telah berusia berusia 72 tahun. McCain meninggal 10 tahun kemudian karena glioblastoma, suatu bentuk kanker otak.
Komentator Konservatif AS dan analis bisnis di industri keuangan dan pemerintah Liz Peek, mengatakan bahwa moderator debat nanti harus bisa bertanya bagaimana Kamala Harris menanggapi 81 persen orang kulit hitam AS yang mengatakan dalam survei Gallup bahwa mereka ingin polisi menghabiskan lebih banyak atau jumlah waktu yang sama di komunitas mereka. Selain itu, Peek juga mengatakan bahwa di debat nanti Harris mampu menanggapi isu aborsi.
Baca juga:
"Banyak orang AS mendukung hak perempuan untuk memilih, 79 persen, menurut jajak pendapat YouGov, tidak setuju dengan dorongan Partai Demokrat untuk mengizinkan aborsi hingga saat lahir, seperti yang legal sekarang di negara bagian New York." kata Peek.
Meski tidak sepanas debat capres, banyak isu yang akan dituju kepada Kamala Harris, kata Peek. Ada banyak masalah seperti kontrol senjata, fasilitas kesehatan, dan Green New Deal, yang membuat Harris bimbang. Jika Moderator Susan Page mampu mengontrol debat, sebagaimana mestinya, itu akan menjadi kejutan Oktober yang nyata.