Aplikasi Lawan COVID-19, Cara Pemkot Surabaya Proses Data Pasien Positif
SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya punya cara khusus dalam mengelola dan memproses data pasien terkonfirmasi COVID-19. Salah satunya dengan menggunakan aplikasi agar penanganan bisa lebih efektif dan efisien.
Koordinator Protokol Komunikasi Gugus Tugas Covid-19 Surabaya sekaligus Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Surabaya, M. Fikser, menjelaskan awalnya data itu berasal dari puskesmas, rumah sakit dan lab-lab di Surabaya yang menjadi tempat pemeriksaan atau tes. Mereka melaporkan data-data itu ke aplikasi allrecord yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan.
Selanjutnya, data dari aplikasi allrecord di pusat itu, dipilah berdasarkan provinsi dan dilempar ke berbagai provinsi di Indonesia. Kemudian, dari provinsi dilakukan pemilihan lagi per kabupaten/kota dan diserahkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota hingga data itu diterima oleh Diskominfo Surabaya.
"Jadi, data kiriman dari provinsi yang masih mentahan itu kami masukkan ke dalam aplikasi https://lawancovid-19.surabaya.go.id/ yang di dalamnya terdapat tiga aplikasi, yaitu aplikasi data kependudukan, aplikasi data kesehatan atau data pasien yang juga memuat rekam medisnya, dan aplikasi pengolahan pasien Covid-19. Tiga aplikasi ini bekerja secara paralel, sehingga bisa cepat diketahui datanya, baik yang warga Surabaya, luar Surabaya, dan data-data lainnya," kata Fikser, di Surabaya, Jumat, 2 Oktober.
Sistem kerja dari aplikasi ini bermula dari data kiriman provinsi yang dilakukan normalisasi data. Data meliputi penyesuaian format tanggal, penulisan umur, penulisan NIK, dan penulisan alamat domisili serta alamat KTP.
"Makanya, setelah normalisasi data, dilakukan pengecekan data di aplikasi. Dalam proses ini, kita mencari apakah NIK tersebut sudah terdaftar di Disdukcapil Kota Surabaya atau tidak. Apabila di data awal tidak ada NIK, maka dapat dilakukan alternatif pencarian dengan menggunakan nama atau alamatnya," kata dia.
Terkadang ada data dengan NIK, tapi tidak ditemukan saat dicek aplikasi sehingga kasus semacam ini dimasukkan dalam kategori tidak ditemukan.
"Melalui aplikasi ini, bisa diketahui pula apakah yang bersangkutan luar Surabaya atau warga Surabaya," ujarnya.
Bahkan, melalui aplikasi ini juga bisa melakukan pengecekan status pasien dengan kode PX. Apabila pasien itu memiliki kode PX, maka pasien tersebut sudah pernah tercatat sebelumnya dan sudah pernah dipaparkan. Termasuk pula bisa dicek status perawatan pasien, apakah sudah sembuh atau bahkan sudah meninggal.
"Aplikasi ini juga bisa mengecek duplikasi pasien dengan menggunakan nama atau alamatnya. Selanjutnya dilakukan pencocokan dengan pencarian duplikat. Bisa pula dilakukan pengecekan swab, sehingga bisa diketahui secara otomatis tanggal dan hasil swab pasien tersebut. Jadi semuanya detail, sehingga kalau pasien tersebut disebut dua kali, maka kita akan gampang mengetahuinya," paparnya.
Baca juga:
Data yang sudah diolah menggunakan aplikasi itu, kemudian dikelompokkan ke beberapa kriteria. Mulai dari data NIK ditemukan, pasien dengan alamat domisili, RS tempat perawatan, dan laboratorium di wilayah Surabaya, pasien yang belum pernah dideklarasikan (tidak memiliki Kode PX), bukan pasien yang sudah sembuh ataupun meninggal, data pasien tidak pernah muncul sebelumnya atau tidak duplikat, dan pasien dengan tanggal SWAB terakhir tidak melebihi 10 hari.
"Proses selanjutnya berkoordinasi dengan Dinkes untuk mendapatkan kode pasien, hingga akhirnya ditentukan data pasien terkonfirmasi positif. Kemudian, data fix ini dilaporkan kepada Bu Wali (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini), sehingga beliau langsung memberikan perintah kepada camat dan lurah untuk melakukan langkah-langkah pencegahan di lapangan, mulai dari mini lockdown atau bloking area, rapid tes atau tes swab di area pasien positif, permakanan, atau bahkan isolasi. Jadi, data itu tidak diam, sehingga data ini sangat penting bagi kami," imbuhnya.
Melalui aplikasi ini, kinerja Pemkot Surabaya dalam menangani pandemi COVID-19 ini lebih mudah dan akurasi datanya lebih tinggi.
"Kita buat ini supaya bekerja lebih efektif dan yang paling penting kita bisa mengendalikan Covid-19 ini, sehingga perekonomian warga bisa terus bergerak," pungkasnya.