NATO Bahas Keanggotaan Finlandia dan Swedia, Kremlin Bakal Perkuat Keamanan Sayap Baratnya

JAKARTA - Rencana Swedia dan Finlandia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menjadi bagian yang dibahas pertemuan para menteri luar negeri aliansi di Brussels, Belgia pekan ini, mendapat respon dari Rusia.

Prospek Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO adalah bagian dari diskusi antara menteri luar negeri dari aliansi militer di Brussels minggu ini, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan.

"Jelas ini akan menjadi pilihan negara-negara itu," kata pejabat itu, yang memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonim, melansir Reuters 8 April.

"Pintu terbuka aliansi tetap terbuka dan ada diskusi tentang pencalonan potensial itu," kata pejabat itu.

Invasi Rusia ke Ukraina, yang dikatakan bertujuan antara lain untuk menurunkan potensi militer Ukraina dan mencegahnya menjadi jembatan bagi serangan NATO, telah mendorong kedua negara Nordik untuk mempertimbangkan bergabung dengan aliansi yang dipimpin AS.

Sejak invasi dimulai pada 24 Februari, jajak pendapat publik yang dilakukan oleh media Finlandia telah menunjukkan perubahan yang cepat, dengan mayoritas orang Finlandia sekarang lebih memilih bergabung dengan NATO.

Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto mengatakan kepada wartawan sebelumnya, Finlandia akan mengklarifikasi langkah selanjutnya dalam beberapa minggu mendatang mengenai kemungkinan keputusan untuk mencari keanggotaan NATO.

Terpisah, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO, maka Rusia harus 'menyeimbangkan kembali situasi' dengan tindakannya sendiri.

Jika kedua negara bergabung, "kita harus membuat sayap barat kita lebih canggih dalam hal memastikan keamanan kita," kata Peskov mengutip Reuters dari Sky News.

Kendati demikian, dia mengatakan Rusia tidak akan melihat langkah seperti itu sebagai ancaman eksistensial, dari jenis yang mungkin mendorongnya untuk mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari dan pertempuran yang dihasilkan telah menyebabkan kematian ribuan warga sipil dan tentara, jutaan orang mengungsi, kehancuran kota-kota dan pemukiman, serta memicu rentetan sanksi Barat yang terkoordinasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.