Kemenkes Perluas Layanan Mobile X-Ray Cegah Risiko Penularan TB

JAKARTA - Kementerian Kesehatan meminimalisasi risiko penularan Tuberkulosis (TB) dengan memperluas layanan "mobile X-ray" untuk mengintensifkan pelacakan kasus aktif di masyarakat.

"Hari ini kita sudah 'launching' (meluncurkan) 'mobile X-ray', perluasan ini sudah dilakukan di beberapa tempat sehingga masyarakat bisa langsung difoto tanpa harus datang ke rumah sakit. Dengan cara ini pasien bisa langsung diidentifikasi dan diobati lebih dini lagi," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dilansir Antara, Jumat, 1 April.

Dia mengatakan perluasan skrining bergerak TB menyasar tujuh provinsi, yakni Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

“Orang yang kontak langsung dengan penderita TB, orang dengan HIV, orang dengan Diabetes Melitus, mereka-mereka ini sebagai salah satu target dari skining TB,” katanya.

Dia mengatakan temuan kasus aktif melalui "mobile X-ray" dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan rontgen dada. Hal ini untuk melihat apakah pasien memiliki indikasi menderita TBC atau tidak.

Apabila teridentifikasi TB, kata Dante, pasien langsung ditangani oleh petugas kesehatan untuk selanjutnya diberikan pengobatan.

Dia mengatakan fasilitas itu mampu meningkatkan penemuan kasus aktif TB di masyarakat. Kapasitas petugas kesehatan dan kesiapan pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit, dalam melakukan diagnosis, pengobatan, dan pencegahan mutlak diperlukan agar penanganan pasien bisa tuntas.

Layanan "mobile X-ray" kali pertama diinisiasi oleh Zero TB Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melakukan pelacakan kasus TB di wilayah setempat dan Kabupaten Kulon Progo yang saat ini memiliki angka kasus cukup tinggi.

Inovasi layanan kesehatan tersebut hadir sebagai bagian dari upaya percepatan penurunan prevalensi TB di DIY sebesar 50 persen selama lima tahun mendatang.

Dilansir dari laporan Kemenkes pada 2020, tercatat jumlah kasus TB di Indonesia mencapai 824.000 kasus, sedangkan jumlah kematian akibat TB mencapai 93.000 kasus setiap tahun. Data ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus nomor tiga terbanyak di dunia setelah India dan China.

Secara terpisah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Didik Budijanto mengatakan jumlah kasus di Indonesia setara 11 kematian per jam karena TB.

Dia mengatakan 91 persen kasus di Indonesia merupakan TB paru-paru yang berpotensi menularkan kepada orang sehat di sekitarnya.

"Satu kasus TB berpotensi menularkan kepada 15 orang di sekitarnya," katanya.

Pandemi COVID-19 di Indonesia, kata dia, menghambat upaya pelacakan kasus. Dari estimasi jumlah kasus TB di Tanah Air mencapai 824 ribu pasien, baru 49 persen di antaranya berhasil terdeteksi dan diobati.

"Sehingga masih ada 421 ribu lebih orang belum diobati dan menjadi sumber penularan kepada orang di sekitarnya," katanya.