Lima Minggu Invasi Rusia ke Ukraina, PBB Konfirmasi 1.179 Warga Sipil Tewas dan 1.860 Terluka
JAKARTA - Memiliki posisi strategis, Kota Mariupol mengalami beberapa pemboman terberat sejak Rusia melakukan invasi, menyebabkan ribuan orang tewas, sementara ratusan ribu lainnya masih terjebak di kota itu.
Berstatus sebagai kota pelabuhan, menguasai Mariupol dapat memungkinkan Rusia untuk membuat jembatan darat antara Krimea yang dianeksasi Moskow pada tahun 2014, dengan dua wilayah kantong separatis di Ukraina timur.
Ribuan warga sipil mungkin tewas di kota yang terletak di Ukraina selatan tersebut sejak Rusia memulai pemboman, kata kepala misi hak asasi manusia PBB kepada Reuters pada Selasa, memberikan perkiraan pertamanya.
"Kami berpikir mungkin ada ribuan kematian, korban sipil, di Mariupol," Matilda Bogner, kepala misi hak asasi manusia PBB di Ukraina yang mengerahkan sekitar 60 pemantau, mengatakan dalam sebuah wawancara virtual, melansir Reuters 30 Maret.
Dia mengatakan, misi tersebut tidak memiliki perkiraan yang tepat tetapi sedang bekerja untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.
Pada Hari Selasa, kantor hak asasi manusia PBB telah mengkonfirmasi 1.179 warga sipil tewas dan 1.860 terluka di seluruh Ukraina dalam konflik lima minggu, di tengah penundaan pelaporan karena permusuhan, kata sebuah pernyataan.
Pekan lalu Bogner mengatakan dalam sebuah pengarahan, pemantau PBB telah menerima lebih banyak informasi tentang kuburan massal di Mariupol, termasuk yang tampaknya menampung 200 mayat.
"Di kuburan massal, sebenarnya kami telah memutuskan sekarang kami harus menyebutnya 'kuburan improvisasi'," tukas Bogner.
Ini karena istilah 'kuburan massal' mungkin menyiratkan korban kejahatan, sedangkan orang yang tewas di Mariupol mencerminkan kematian karena berbagai penyebab, katanya.
Korban sipil dari konflik, diyakini sebagai 'bagian yang cukup kecil' dari mayat di kuburan improvisasi di taman dan kebun, tukasnya.
Beberapa orang yang meninggal secara alami tidak pernah dibawa ke kamar mayat atau makam individu karena peperangan, sementara yang lain tidak pernah sampai ke dokter, tambahnya. Tidak jelas apakah ada korban militer yang dimakamkan di kuburan improvisasi, katanya.
Baca juga:
- Perundingan Damai Istanbul: Rusia Janji Kurangi Operasi Militer, Ukraina Usul Status Netral Tanpa Aliansi Politik-Militer
- Pembicaraan Hari Pertama Rusia-Ukraina di Istanbul Selesai, Delegasi Kyiv Ungkap Isu yang Dibahas
- Kremlin Tegaskan Rusia Tidak Berpikir Gunakan Nuklir, Tapi Siap Mencegah dan Menghukum Pihak yang Ikut Campur Soal Ukraina
- Siap Layani Kebutuhan Delegasi Selama Perundingan Damai Rusia-Ukraina, Presiden Erdogan: Saya Tinggalkan Menteri Luar Negeri
Terpisah, Pejabat setempat, mengutip keterangan saksi, pekan lalu memperkirakan bahwa 300 orang tewas dalam pengeboman 16 Maret di teater Mariupol, tempat orang-orang berlindung.
Sementara itu, Robert Mardini, direktur jenderal Komite Internasional Palang Merah (ICRC), mengatakan kepada Reuters dalam wawancara terpisah, pihaknya "tidak memiliki informasi langsung" tentang korban dari pemboman teater Mariupol.
Diberitakan sebelumnya, hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, tewas di Mariupol sejak pasukan Rusia mengepungnya sebulan lalu, kata juru bicara Wali Kota Vadym Boichenko, Senin.
Kantor wali kota juga mengatakan 90 persen bangunan Mariupol telah rusak dan 40 persen hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.