Mahasiswa Asing Malaysia Tak Butuh Hotel Bintang Lima untuk Karantina
JAKARTA - Mahasiswa internasional di Malaysia memprotes tarif karantina COVID-19 warga asing yang ditetapkan otoritas setempat. Mereka membuat petisi menolak angka RM.4.700.
Petisi daring tersebut diprakarsai Taimoor Mazhar. Petisi ditujukan untuk Menteri Kesehatan serta Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia.
Taimoor menulis, pandemi COVID-19 berdampak besar pada kehidupan setiap orang. Banyak keluarga sedang mengalami krisis keuangan dan kesulitan lainnya.
Pemerintah Malaysia telah memberlakukan biaya RM4700 untuk karantina wajib selama 14 hari bagi mahasiswa internasional (orang asing) yang kembali ke Malaysia.
"Banyak siswa yang sedang belajar di Malaysia tidak mampu menanggung biaya ini karena krisis keuangan dan mahalnya yang bahkan dalam situasi normal tidak memungkinkan untuk membayar," kata Taimoor.
Dia meminta dukungan agar pemerintah Malaysia membantu mahasiswa internasional untuk memikirkan karantina di hotel bintang 2 atau 3. Hal itu, di matanya jauh lebih masuk akal daripada hotel bintang 5 yang ditawarkan pemerintah Malaysia sekarang.
Baca juga:
"Terdapat 130.110 siswa internasional yang sedang belajar di Malaysia dan tidak semua siswa internasional dapat menanggung biaya ini," katanya.
Sebagian besar mahasiswa menghabiskan RM4.700 selama tiga hingga empat bulan termasuk akomodasi, makanan dan transportasi. "Jumlah RM4.700 akan sangat mempengaruhi kehidupan pelajar internasional di Malaysia," katanya.
Hingga sore ini petisi tersebut sudah mendapatkan 1.500 dukungan. Mahasiswa Univeritas Malaya asal Medan Provinsi Sumatera Utara, Mulyadi, mengatakan biaya karantina tersebut terlalu mahal. Jika dirupiahkan, biaya RM4.700 setara dengan Rp16 juta.
"Waduh makin mahal ...Ya Allah. Ya sudah balik ke Malaysia tahun depan saja," kata pengurus Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia dan Sekretaris BP KNPI Malaysia tersebut.