Pentingnya Mengetahui Kandungan Plasebo dalam Ujicoba Vaksin COVID-19

JAKARTA - Penelitian mengungkap pentingnya penggunaan plasebo dalam ujicoba vaksin COVID-19 fase III. Pentingnya penggunaan plasebo sama pentingnya dengan mengetahui apa kandungan dari plasebo aktif. Bukan apa-apa. Plasebo biasanya telah diisi kandungan tertentu yang dapat membingungkan peneliti mengukur efektivitas vaksin.

Melansir The Conversation, Selasa, 22 September, dalam ujicoba vaksin COVID-19, biasanya peneliti akan membagi sukarelawan ke dalam dua kelompok. Satu kelompok akan menerima plasebo aktif, seperti diisi vaksin meningitis atau septiceamia. Satunya lagi, kelompok dari mereka yang menerima vaksin COVID-19 sesungguhnya, misalnya vaksin dari Universitas Oxford.

Pembagian kelompok dilakukan untuk mencegah sukarelawan mengetahui apakah mereka mendapatkan plasebo atau vaksin sesungguhnya. Untuk itu, plasebo yang seharusnya obat kosong diisi oleh obat tertentu. Persamaan reaksi yang muncul --biasanya nyeri otot-- kerap membuat kedua kelompok tak dapat membedakan, mana pengobatan dari plasebo dan mana vaksin langsung.

Cara ini dianggap peneliti begitu efektif lantaran kedua kelompok tahu bahwa mereka akan mendapat vaksin. Karenanya, para sukarelawan akan merasa percaya diri untuk berhasil. Sedangkan, jika mereka tahu mereka mendapatkan plasebo saja, mereka tak akan mau untuk ikut jadi sukarelawan. Itulah mengapa penting sekali menyamarkan mana kelompok yang diberi plasebo dan kelompok vaksin.

Plasebo aktif yang membingungkan

Biasanya, setelah ujicoba, para peneliti akan langsung menyimpulkan berbahaya atau tidaknya sebuah pengobatan. Caranya, dengan melihat perbedaan efek samping pada kelompok vaksin dan plasebo. Akan tetapi, ketika penelitian menggunakan plasebo aktif, peneliti dapat dilanda kebingungan dalam mengukur efek samping. Sebab, plasebo aktif turut membawa efek samping yang beragam dan mirip dengan vaksin yang diujicoba.

Alhasil, pengujian yang awalnya bertujuan mencari perbedaan akan tampak samar karena keduanya membawa efek samping. Dengan kata lain, peneliti akan kesulitan mendeteksi perbedaan lantaran keduanya bisa memunculkan efek samping yang relatif sama.

Untuk itu, sekalipun para peneliti menggunakan plasebo aktif, kontrol terhadap kandungan yang ada di dalam plasebo menjadi sangat penting. Hal itu sama pentingnya dengan kontrol terhadap prosedur pemberian plasebo kepada sukarelawan yang diujicoba. 

Sayangnya, belum ada standar untuk pemberian plasebo. Kelak, panduan baru harus dibuat untuk memperbaiki masalah ini. Panduan itu diharapkan mendorong pelaporan kandungan-kandungan yang ada dalam plasebo.

Lewat pedoman baru itulah diharapkan para paneliti dapat memperolah informasi yang lebih akurat tentang sebarapa manfaat dan berbahayanya pengobatan dalam yang diuji coba dengan plasebo. Di situlah nanti akan terlihat ujicoba tersebut gagal atau tidak.