UNHCR Sebut Pengungsi Perang Ukraina Tembus 3 Juta Jiwa, Mayoritas di Polandia
JAKARTA - Hampir tiga minggu memasuki perang, jumlah orang Ukraina yang melarikan diri dari pertempuran dan pemboman Rusia ke luar negeri tembus 3 juta, sebut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Sekitar 3.000.381 orang sejauh ini telah meninggalkan Ukraina, menurut data dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR). Ini mendasarkan rencana bantuannya pada 4 juta pengungsi, tetapi mengatakan angka itu kemungkinan akan meningkat.
Setelah serangan Rusia Hari Minggu di pangkalan militer Yavoriv dekat Lviv, beberapa orang dari Ukraina barat kini telah bergabung dengan arus pengungsi melintasi perbatasan.
"Semua orang menganggap Ukraina Barat cukup aman sampai mereka mulai menyerang Lviv," ujar Zhanna, 40, seorang ibu dari Kharkiv, yang sedang menuju ke Polandia untuk bertemu kembali dengan ibu baptisnya yang meninggalkan Ukraina beberapa hari sebelumnya, melansir Reuters 16 Maret.
"Kami meninggalkan Kharkiv menuju Kirovohrad. Kami ingin tinggal di sana. Kami tidak ingin pergi ke luar negeri," katanya di stasiun kereta api Przemysl, kota terdekat dengan perbatasan tersibuk Polandia dengan Ukraina.
"Kemudian mereka mulai menyerang Kirovohrad, mereka mulai menyerang Lviv dan sulit untuk menghindari bom dengan seorang anak kecil," tandas Zhanna, menambahkan suaminya memilih menetap di Ukraina.
Sebagian besar pengungsi berada di negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina, seperti Slovakia, Hongaria, Rumania dan Moldova, dengan lebih dari setengahnya, atau 1,8 juta jiwa di Polandia.
Tetapi, sejumlah besar pengungsi mulai bergerak lebih jauh ke barat, dengan 300.000 orang telah pergi sejauh ini ke Eropa Barat, ungkap UNHCR pada hari Selasa.
"Jika kita benar-benar menunjukkan sisi terbaik dari diri kita sendiri dalam solidaritas, kita dapat mengatasi (tantangan ini)," jelas pejabat tinggi migrasi Uni Eropa Ylva Johansson di Brussels, Belgia.
Di Rumania, wanita dan anak-anak Ukraina, beberapa memegang boneka beruang, terus mengalir melalui perbatasan Siret di mana suhu turun hingga minus 2 Celcius (28 Fahrenheit) dalam semalam.
Sambil menarik koper dan membawa ransel, mereka disambut oleh petugas pemadam kebakaran dan sukarelawan Rumania, yang membawa barang-barang mereka ke bus yang mengangkut mereka selanjutnya.
Lebih jauh ke selatan di Isaccea, persimpangan perbatasan yang sibuk di Danube, Tanya, dari Mykolaiv di Ukraina selatan, mengatakan dia melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa anaknya.
"Dalam perjalanan ke sini saya menangis karena saya mencintai negara saya. Saya ingin tinggal di Ukraina tetapi saya tidak bisa. Karena mereka menghancurkan segalanya sekarang," tuturnya sambil menahan air mata.
Adapun di Moldova, salah satu negara termiskin di Eropa, beberapa pengungsi pulang ke Ukraina, baik untuk mengambil lebih banyak barang atau berharap untuk kembali selamanya.
Liudmila, yang tidak menyebutkan nama belakangnya, akan kembali ke Ukraina untuk mengambil perlengkapan sekolah bagi anak-anaknya di Chisinau, ibu kota Moldova.
"Pada Hari Senin mereka mulai belajar online dan itulah mengapa saya harus mengambil beberapa hal untuk mereka - buku, untuk menulis," ungkapnya.
Wanita lain, yang tidak menyebutkan namanya, akan kembali ke Odessa dengan balitanya. "Kami ingin pulang," katanya saat melintasi perbatasan ke Ukraina.
Baca juga:
- Bakal Lanjutkan Serangan Terhadap Pasukan Asing di Ukraina, Rusia: Kami Tahu Semua Lokasi Tentara Bayaran
- Rusia Bakal Kehabisan Sumber Daya untuk Lakukan Serangan, Penasihat Presiden Ukraina Prediksi Perang Berakhir Mei
- Pecahan Rudal Tochka-U Tewaskan Warga Sipil, Rusia Ancam Ambil Tindak Terhadap Perusahaan Pertahanan Ukraina
- Gempuran Rusia Belum Berhenti, Presiden Zelensky Ajukan RUU Perpanjangan Darurat Militer di Ukraina
Diketahui, Rusia membantah menargetkan warga sipil, menggambarkan tindakannya sebagai 'operasi militer khusus'. Sementara Ukraina dan sekutu Barat menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk invasi Rusia ke negara demokratis berpenduduk 44 juta jiwa.
Sementara itu, UNHCR mengatakan mereka yang melarikan diri di awal konflik sebagian besar memiliki sumber daya dan kontak di luar Ukraina. Tetapi, sekarang banyak pengungsi telah pergi dengan tergesa-gesa dan lebih rentan.
"Kami melihat banyak orang lanjut usia dan banyak penyandang disabilitas, benar-benar orang yang mengharapkan dan berharap sampai saat terakhir bahwa situasinya akan berubah," terang Tatiana Chabac, seorang pekerja bantuan di UNHCR.