Astronot NASA Akhir Bulan Ini Tetap Kembali ke Bumi dengan Roket Rusia Meski Konflik Masih Berjalan

JAKARTA - Rencana kepulangan astronot NASA, Mark Vande Hei, dari Internasional Space Station (ISS), akhir bulan ini akan tetap dilaksanakan dengan mengendarai roket Rusia ke Bumi.

Meski ketegangan yang semakin dalam antar negara, NASA menegaskan rencana kepulangan Vande Hei tidak akan berubah. Bahkan ketika invasi Rusia ke Ukraina telah mengakibatkan peluncuran yang dibatalkan, kontrak yang rusak, dan perang kata-kata yang meningkat oleh pemimpin garis keras Badan Antariksa Rusia.

"Saya dapat memberi tahu Anda dengan pasti: Mark akan pulang dengan Soyuz itu. Kami sedang berkomunikasi dengan rekan-rekan Rusia kami, tidak ada keraguan tentang itu," ungkap Manajer Program ISS NASA, Joel Montalbano.

Vande Hei tidak sendiri, dia ditemani juga oleh kosmonot dari Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) Pyotr Dubrov dan Anton Shkaplerov yang akan menunggangi pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia pada 30 Maret.

Nantinya ketiga astronot itu akan mendarat di stepa Kazakhstan. Sekitar 20 karyawan NASA akan menunggu di sana untuk membantu menilai kondisi fisik Vande Hei.

Vande Hei telah menghabiskan hampir satu tahun hidup dengan gaya berat mikro, yang bisa sangat sulit bagi tubuh manusia dan membawanya kembali ke Houston, di mana program luar angkasa manusia NASA berpusat.

Melansir Space, Selasa, 14 Maret, pada saat kepulangannya, Vande Hei telah mencatat 355 hari di luar angkasa. Ini menjadi  rekor baru astronot AS. Rekor dunia 438 hari terus menerus hidup di luar angkasa masih menjadi milik Rusia.

Sementara itu, invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong AS dan negara-negara lain untuk menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Rusia. Roscosmos dan Rusia, telah mengecam sanksi tersebut dan menarik diri dari beberapa kemitraan lama sebagai tanggapan.

Roscosmos mengumumkan akhir bulan lalu bahwa mereka menghentikan peluncuran roket Soyuz buatan Rusia dari Spaceport Eropa di Guyana Prancis. Dan pada awal Maret, badan tersebut mengatakan tidak akan lagi menjual mesin roket Rusia ke perusahaan-perusahaan Amerika.

Namun, Montalbano menyatakan bahwa laboratorium yang mengorbit tersebut akan beroperasi seperti biasa meskipun ada masalah di lapangan.

"Kami tidak melihat dampak apa pun (dari) apa yang terjadi di sekitar kami. Kami menyadari apa yang terjadi, tetapi kami dapat melakukan pekerjaan kami untuk melanjutkan operasi," ujar Montalbano.

Dia juga mengungkapkan bahwa invasi tersebut tidak mengganggu moral atau profesionalisme di antara tujuh astronot, yakni empat orang AS, dua orang Rusia, dan satu orang Jerman yang saat ini tinggal di ISS tersebut.

NASA ingin menjaga stasiun luar angkasa berjalan hingga 2030, seperti yang dilakukan oleh badan antariksa Eropa, Jepang, dan Canada. Sementara Roscosmos belum berkomitmen melampaui tanggal akhir awal 2024 atau lebih.

AS dan Rusia adalah operator utama dari pos terdepan ISS yang mengorbit, yang ditempati secara permanen selama 21 tahun. Bahkan sampai SpaceX mulai meluncurkan astronot pada 2020, NASA sering menumpang kapsul Soyuz Rusia seharga puluhan juta dolar per kursi.