PBB Sebut Tidak Ada Bukti Tudingan Senjata Biologis Ukraina, Rusia 'Ungkit' Klaim AS di Irak Tahun 2003

JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Hari Jumat mengatakan tidak memiliki bukti, Ukraina memiliki program senjata biologis, sementara Washington dan sekutunya menuduh Rusia menyebarkan klaim yang belum terbukti sebagai kemungkinan awal untuk meluncurkan serangan biologis atau kimianya sendiri.

Rusia menyerukan pertemuan 15 anggota Dewan Keamanan PBB untuk menegaskan kembali melalui utusannya Vassily Nebenzia, tanpa memberikan bukti, Ukraina menjalankan laboratorium senjata biologis dengan dukungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat.

Negara-negara anggota menyebut klaim itu 'kebohongan dan omong kosong', menggunakan sesi itu untuk menuduh Rusia sengaja menargetkan dan membunuh ratusan warga sipil di Ukraina, pernyataan yang dibantah Rusia dalam serangan 15 hari yang disebutnya operasi militer khusus'.

Melansir Reuters 12 Maret, Izumi Nakamitsu, Perwakilan Tinggi PBB untuk Urusan Perlucutan Senjata, mengatakan kepada dewan, PBB 'tidak mengetahui' adanya program senjata biologis di Ukraina, yang bergabung dengan larangan internasional atas senjata semacam itu, seperti halnya Rusia dan Amerika Serikat bersama dengan 180 negara lainnya. negara.

Sementara, berdasarkan perjanjian tahun 2005, Pentagon telah membantu beberapa laboratorium kesehatan masyarakat Ukraina dengan meningkatkan keamanan patogen berbahaya dan teknologi yang digunakan untuk penelitian. Upaya tersebut telah didukung oleh negara lain dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO mengatakan kepada Reuters pada Hari Kamis, pihaknya telah menyarankan Ukraina untuk menghancurkan patogen ancaman tinggi yang ditempatkan di laboratorium kesehatan masyarakatnya, untuk mencegah setiap potensi tumpahan yang akan menyebarkan penyakit di antara penduduk.

Utusan AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield mengatakan, Washington sangat prihatin Rusia menyebut sesi itu sebagai 'upaya bendera palsu', untuk meletakkan dasar bagi penggunaan senjata biologis atau kimianya sendiri di Ukraina.

Meskipun dia tidak memberikan bukti ancaman Rusia yang akan segera terjadi selama pertemuan itu, dia berkata: "Rusia memiliki rekam jejak yang salah menuduh negara lain atas pelanggaran yang dilakukan Rusia sendiri."

"Kami memiliki kekhawatiran serius bahwa Rusia mungkin berencana untuk menggunakan bahan kimia atau biologis terhadap rakyat Ukraina," tandasnya.

"Niat di balik kebohongan ini tampak jelas, dan itu sangat meresahkan. "Kami percaya Rusia dapat menggunakan bahan kimia atau biologi untuk pembunuhan, sebagai bagian dari insiden yang dipentaskan atau bendera palsu, atau untuk mendukung operasi militer taktis," papar Thomas-Greenfield.

Menanggapi pernyataan Thomas-Greenfield, Nebenzia mengungkit kembali saat Menteri Luar Negeri AS saat itu Colin Powell, mempresentasikan apa yang diklaim Washington sebagai bukti, Irak menyembunyikan senjata terlarang program pemusnah massal tahun 2003.

Amerika Serikat menggunakan pernyataan itu, yang ternyata salah, untuk membenarkan invasi AS ke Irak tahun 2003.

"Saya tahu bahwa Anda mengharapkan saya untuk menanggapi, tetapi kami tidak akan memberikan waktu tayang lagi untuk kebohongan yang Anda dengar hari ini," tukas Thomas-Greenfield menjawab utusan Rusia.

Sekutu AS menggemakan kekhawatiran Thomas-Greenfield, Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin menyebarkan klaim program senjata biologi yang didukung AS di Ukraina untuk mempersiapkan serangan kimia atau biologisnya sendiri di Ukraina.

"Dewan tidak boleh disajikan dengan fantasi atau cerita berbintang, tetapi dengan bukti yang diverifikasi dan dikolaborasikan secara independen," kata Ferit Hoxha, duta besar anggota NATO Albania.

"Oleh karena itu, kita harus sangat khawatir bahwa dalam menyebarkan disinformasi seperti itu, tuduhan yang berlebihan tentang senjata pemusnah massal dapat menjadi dalih lain bagi Rusia untuk mempersiapkan tanah dan menggunakan senjata kimia atau biologi selama invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina," paparnya.

Terpisah, berbicara kepada wartawan pada Hari Jumat, Presiden AS Joe Biden memperingatkan Rusia akan membayar "harga yang mahal" jika militernya menggunakan senjata kimia untuk melawan Ukraina.