Kata Pak RT, Dokter Sunardi yang Tewas Ditembak Densus 88 Tidak Pernah Bayar Iuran Warga Tiap Bulan, Padahal Hanya Rp25 Ribu
JAKARTA - Tim Densus 88 Anti Teror Polri, menembak mati tersangka teroris bernama SU alias Sunardi, di daerah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Sunardi yang juga berprofesi sebagai dokter itu ternyata dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga.
Ketua RT 3 RW 7 Bangunsari, Gayam, Sukoharjo, Bambang Pujiana mengungkapkan dokter Sunardi merupakan sosok yang tidak pernah berkumpul dengan warga. Selama menjabat sebagai ketua RT, ia mengaku yang bersangkutan tidak pernah datang dalam pertemuan yang mengundang warga kampung tersebut.
“Sejak saya memang memegang Ketua RT sejak April 2019 sampai saat ini itu saya mengadakan pertemuan dan kegiatan warga tapi Pak Nardi tidak pernah datang dan tidak pernah sosialisasi. Apalagi kerja bakti, tidak sama sekali,” kata Bambang Pujiana, berdasarkan keterangan yang didapat VOI dari Polres Cilacap, Jumat, 11 Maret.
Bambang mengaku tidak tahu menahu mengenai alasan ketidakhadiran salah satu warganya itu dalam setiap pertemuan yang digelar di kampungnya. Bahkan, lanjut Bambang, Sunardi juga tidak pernah membayar iuran RT seperti pada warga umumnya.
“Tidak sama sekali (iuran). Boleh dicek di bendahara saya kalau yang namanya Pak Dokter Sunardi itu iuran, tidak pernah. Padahal iuran di tempat saya itu cuma satu bulan sebanyak Rp25 ribu setiap tanggal 10,” sebutnya.
Sebagai Ketua RT 3 RW 7 Bangunsari, Bambang mengaku tidak pernah berkomunikasi dengan Sunardi. Meski demikian, ia sering melihat sosok dokter itu ketika sedang menunaikan ibadah salat di masjid setempat.
Baca juga:
- Tewas Ditembak, Teroris di Sukoharjo Sempat Tabrak Anggota Densus 88 dan Mobil Warga
- Terduga Teroris Sukoharjo yang Ditembak Mati Densus Berprofesi Dokter dan Buka Praktik di Rumah
- Hakim PN Tangerang Datangi Perumahan Jasmine Residence Pondok Aren, Gelar Sidang Dugaan Penipuan Developer
- Kepala Kasat Intel Polres Jakpus Bocor Dipukul Mahasiswa Papua yang Ingin Demo di Kantor Mendagri
“Tidak pernah (komunikasi). Kalau ketemunya dia itu di masjid tempat saya ketika salat, biasanya saat Magrib dan Isya. Saat ketemu juga tidak pernah saling menyapa,” ujar dia.
Tidak adanya keinginan untuk berosialisasi dengan warga, Bambang pun memutuskan untuk tidak memasukkan Sunardi ke dalam WhatsApp grup (WAG) warga RT setempat. Grup tersebut berfungsi untuk menyampaikan informasi maupun kegiatan yang menyangkut lingkungan tersebut.
“Dia itu juga tidak saya masukkan di grup. Kan dia kelihatannya tidak mau kumpul-kumpul dengan warga, karena apa karena percuma tidak ada tanggapan apa-apa. Kalau ada informasi apa-apa kan lewat grup kapling itu,” kata dia.