Khawatir Kebocoran Radiasi di Chernobyl, Ukraina Minta Rusia Hentikan Tembakan dan Mengizinkan Unit Perbaikan

JAKARTA - Ukraina mengatakan ada bahaya kebocoran radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl setelah listrik terputus ke pembangkit pada Hari Rabu, tetapi pengawas nuklir PBB melihat 'tidak ada dampak kritis pada keamanan'.

Perusahaan nuklir milik negara Energoatom mengatakan, kabel listrik bertegangan tinggi telah rusak selama pertempuran antara pasukan Ukraina dan pasukan Rusia yang menduduki pembangkit yang sudah tidak beroperasi itu, dan telah terputus dari jaringan listrik nasional.

Dikatakan 'zat radioaktif' akhirnya bisa dilepaskan, mengancam bagian lain dari Ukraina dan Eropa, jika tidak ada kekuatan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir bekas yang disimpan di pabrik yang mengalami kecelakaan nuklir terburuk di dunia pada tahun 1986.

Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengatakan generator diesel cadangan dapat memberi daya pembangkit hanya 48 jam.

"Setelah itu, sistem pendingin fasilitas penyimpanan bahan bakar nuklir bekas akan berhenti, membuat kebocoran radiasi akan segera terjadi," katanya di Twitter, melansir Reuters 10 Maret.

"Saya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera menuntut Rusia untuk menghentikan tembakan dan mengizinkan unit perbaikan untuk memulihkan pasokan listrik," sambungnya.

Terpisah, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan di Twitter, penting memastikan pilar keselamatan utama untuk pasokan listrik tidak terputus. Tetapi, dalam hal ini IAEA tidak melihat dampak kritis pada keselamatan.

IAEA telah memperingatkan pada Hari Selasa, sistem pemantauan bahan nuklir di fasilitas limbah radioaktif di Chernobyl telah berhenti mentransmisikan data.

Pembangkit Chernobyl, yang masih radioaktif, terletak sekitar 100 km (62 mil) dari Kyiv. Reaktor keempatnya meledak pada April 1986 selama uji keamanan yang gagal, mengirimkan awan radiasi ke sebagian besar Eropa.

Seorang ahli nuklir dengan pengetahuan tentang sistem pembangkit mengatakan, ada alasan untuk mengkhawatirkan situasi tersebut, dan pertanyaan kuncinya adalah seberapa cepat listrik dapat dipulihkan.

"Pemadaman listrik ke fasilitas nuklir berpotensi sangat berbahaya," ujar ahli tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara di depan umum tentang situasi tersebut.

"Pemadaman listrik dapat menyebabkan air di fasilitas penyimpanan menguap dan batang bahan bakar bekas terpapar. Mereka akhirnya bisa meleleh dan itu dapat menyebabkan pelepasan radiasi yang signifikan," ungkapnya.