Pentingnya Perusahaan Pahami Keamanan Siber Sebelum Transformasi Digital

JAKARTA - President Director and Technology Leader IBM Indonesia Cin Cin Go mengatakan perusahaan perlu memahami isu keamanan siber (cybersecurity) sebagai hal yang paling mendasar sebelum memutuskan untuk melakukan transformasi digital.

"Semua orang maunya ke transformasi digital, tapi hal yang paling mendasar sebelum suatu organisasi memutuskan ingin masuk ke dalam dunia digital transformasi, security ini menjadi kendala yang cukup besar, user hingga organisasi, baik dari sisi IT maupun dari security officer dalam suatu organisasi, mereka harus mengerti dulu," kata Cin Cin Go dalam media briefing secara virtual, Rabu 9 Maret.

Setidaknya terdapat tiga poin penting yang ia garisbawahi bagi perusahaan untuk memastikan keadaan infrastruktur digital yang mereka miliki.

Pertama, perusahaan perlu menyadari bahwa transformasi digital memungkinkan pengguna bisa mengakses platform dari mana pun melalui lebih dari satu perangkat. Situasi tersebut memungkinkan peningkatan traffic yang signifikan yang dapat memunculkan risiko keamanan siber.

"Apalagi adanya pandemi kita semakin nyaman melakukan transaksi dari rumah, bekerja dari rumah, mengakses aplikasi dari rumah dengan nyaman dan itu menyebabkan traffic yang cukup tinggi," ujar Cin Cin.

Kedua, perusahaan perlu memastikan dan memantau lapis demi lapis keamanan sebelum karyawan mengakses database yang berisi informasi rentan seperti data finansial. Hal tersebut, lanjut Cin Cin, sebagai upaya untuk mencegah serangan siber pada saat traffic masuk.

"Security officer harus bisa mendefinisikan apakah device karyawannya sudah aman, apakah sudah diverifikasi oleh IT tersebut, itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum masuk ke dalam agenda transformasi digital," katanya.

Ketiga, terkait dengan infrastruktur. Cin Cin mengatakan bahwa IBM selalu menekankan kepada klien bahwa strategi zero-trust menjadi sangat penting dalam melakukan suatu desain infrastruktur, mulai dari server, network, hingga storage.

"Tiga hal ini menjadi poin yang paling basic pada saat klien memutuskan untuk masuk ke transformasi digital," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Cin Cin menyebutkan laporan IBM Security X-Force Threat Intelligence Index terbaru yang menemukan bahwa Asia menjadi wilayah yang mengalami serangan siber terbanyak daripada wilayah lain dalam satu tahun terakhir. Di Asia, layanan keuangan dan manufaktur mengalami hampir 60 persen serangan siber.