KRL Solo – Yogyakarta Angkut Dua Juta Penumpang Setahun, Menhub Budi Karya Optimistis Konsumsi BBM Turun 51 Persen
JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyambut baik kereta rel listrik (KRL) relasi Solo - Yogyakarta yang terus menunjukan eksistensinya. Menurut Menhub, dalam satu tahun operasional KRL ini memberikan dampak yang baik untuk menggiring mobilitas masyarakat untuk menggunakan moda transportasi umum.
“Kehadiran KRL Solo – Yogyakarta akan berkontribusi pada pengurangan angka konsumsi BBM hingga 51,7 persen dan kita berharap tingkat peralihan minat masyarakat yang beralih dari kendaraan pribadi ke KRL mencapai 50 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Senin, 7 Maret.
Menhub menambahkan, relasi dua kota di wilayah tengah Pulau Jawa ini juga diklaim telah mampu mengangkut hingga dua juta penumpang sejak pertama kali beroperasi tahun lalu.
“Ini menunjukkan antusiasme masyarakat memanfaatkan KRL cukup tinggi meski di tengah pandemi,” tuturnya.
Sebagai informasi, fasilitas transportasi massal ini pertama kali diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada 1 Maret 2021 yang merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk membangun transportasi masa depan secara berkelanjutan.
Sebelum ada kereta, Kementerian Perhubungan mengonfirmasi jika masyarakat Solo - Yogyakarta mengandalkan transportasi jalan untuk mobilitas sehari-hari. Hal ini menyebabkan tingginya konsumsi bahan bakar minyak yang menyebabkan tingginya emisi dan polusi udara.
Baca juga:
“Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, operator, dan juga para pemangku kepentingan terkait agar angkutan massal di Solo - Yogyakarta semakin terintegrasi antar modanya sehingga semakin mudah diakses,” tegas Menhub Budi Karya.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Perkeretaapian Zulfikri menjelaskan KRL merupakan salah satu moda angkutan massal yang memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan moda lainnya.
Sejumlah keunggulannya yaitu memiliki emisi yang rendah (ramah lingkungan), kehandalan layanan dalam jangka panjang, efisiensi pergerakan, kapasitas angkut yang tinggi, dan memperkuat struktur tata ruang.
Zulfikri menambahkan, kehadiran KRL Solo - Yogyakarta sekaligus menggantikan kereta api pendahulunya yaitu Kereta Rel Diesel Prambanan Ekspress (KRDE Prameks).
“Kita akan terus mengembangkan elektrifikasi perkeretaapian di Solo – Yogyakarta, memperpanjang jalur sampai dengan Palur di Solo, menyambungkan kereta dari Wonogiri sampai dengan Bandara Adi Sumarmo, dan membangun Depo KRL di wilayah Jebres,” kata dia.