Peneliti UI Ramal Perang Rusia – Ukraina Berpotensi Kerek Inflasi Indonesia Hingga Level 2,25 Persen
JAKARTA – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menegaskan bahwa kondisi perekonomian serta politik global seperti serangan Rusia dan Ukraina menjadi salah satu faktor penentu dinamika inflasi selama beberapa kuartal di Indonesia.
Disebutkan bahwa ketegangan di Eropa Timur saat ini telah menyebabkan kenaikan harga minyak mentah dunia melewati 100 dolar AS per barel.
“Ini akan berdampak besar terhadap kenaikan harga minyak di Indonesia dalam beberapa bulan mendatang dikarenakan harga minyak yang memiliki bobot 5 persen dalam inflasi,” kata salah satu peneliti LPEM UI Chaikal Nuryakin dalam laporannya dikutip Minggu, 6 Maret.
Dalam penjelasannya, Chaikal menyebut jika kebutuhan gandum RI yang juga disuplai oleh Ukraina akan turut memberikan tekanan terhadap inflasi di periode Maret 2022.
“Melihat perkembangan kasus harian, kondisi perekonomian global, serta COVID-19 yang cenderung meningkat, kami memprediksi inflasi umum bulan Maret secara year on year (yoy) akan meningkat di kisaran 1,9 persen sampai dengan 2,25 persen,” tuturnya.
Baca juga:
Demikian pula dengan kenaikan tingkat inflasi secara bulanan atau month to month yang diperkirakan bakal meningkat ke kisaran 0,2 persen hingga 0,3 persen disebabkan oleh stabilnya inflasi inti dan mean reversion dari komponen harga bergejolak.
“Ke depan, inflasi akan sangat bergantung dengan upaya stabilisasi harga minyak dan indikator perekonomian global, pencegahan dan penanggulangan persebaran gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia,” tegas Chaikal.
Sebagai informasi, pada awal bulan ini Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis keterangan bahwa terjadi deflasi sebesar 0,02 persen pada sepanjang Februari 2022.
Catatan tersebut membuat bukuan inflasi secara tahun kalender (Januari-Februari 2022) menjadi sebesar 0,72 persen dan secara tahunan (Februari 2022 terhadap Februari 2021) adalah sebesar 2,03 persen.