Tidak Ingin Blokir Pengguna Rusia, CEO Coinbase Brian Armstrong Ungkap Semua Orang Berhak Mendapat Akses ke Kripto

JAKARTA – Sejumlah bursa kripto terbesar asal Korea Selatan berencana memblokir pengguna asal Rusia sebagai tindakan protes terhadap invasi militer ke Ukraina. Menanggapi tindakan tersebut, CEO bursa kripto Coinbase Brian Armstrong mengungkapkan pandangannya mengenai hak para pengguna.

Armstrong menegaskan bahwa Coinbase tidak melarang para pengguna asal Rusia di platformnya. Dia percaya bahwa setiap orang punya hak untuk mengakses kripto maupun layanan keuangan.

“Kami percaya setiap orang berhak mendapatkan akses ke layanan keuangan dasar kecuali undang-undang mengatakan sebaliknya,” kata Armstrong.

Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov mendesak berbagai bursa kripto untuk memblokir para pengguna dari Rusia. Hal tersbut disampaikan oleh Fedorov melalui cuitan Twitter pada Februari lalu.

“Sangat penting untuk membekukan tidak hanya alamat yang terkait dengan politisi Rusia dan Belarusia tetapi juga untuk menyabot pengguna biasa,” tulsi Fedorov.

Namun, bursa kripto terbesar seperti Binance, Kraken, dan Coinbase menolak dorongan tersebut. Mereka menilai tindakan memblokir pengguna Rusia bertentangan dengan sifat kripto yang terdesentralisasi dan telah menjadi simbol kebebasan finansial.

“Beberapa orang Rusia biasa menggunakan kripto sebagai penyelamat sekarang karena mata uang mereka telah runtuh. Banyak dari mereka mungkin menentang apa yang dilakukan negara mereka, dan larangan juga akan merugikan mereka,” ujar CEO Coinbase.

Dilansir dari Bitcoin.com News, mata uang rubel Rusia jatuh lebih dari 30 persen pada pekan ini setelah sejumlah negara setuju untuk menjatuhkan sanksi berat pada entitas Rusia. Pada hari Kamis, Moody's Investors Service menurunkan peringkat utang jangka panjang pemerintah Rusia dari peringkat investasi (Baa3) menjadi B3 – terjun bebas enam tingkat.

Sementara pasar saham Rusia tetap ditutup, saham perusahaan Rusia yang terdaftar di Bursa Efek London anjlok. Bursa London telah menangguhkan perdagangan 27 perusahaan yang terkait dengan Rusia, termasuk bank terbesar Rusia, Sberbank, yang sahamnya telah jatuh 99,72 persen sejak awal tahun.

Mengenai sanksi, CEO Coinbase menekankan bahwa setiap perusahaan AS harus mengikuti undang-undang sanksi. “Jika pemerintah AS memutuskan untuk memberlakukan larangan, tentu kami akan mengikuti undang-undang itu,” tegasnya.

Armstrong merinci: “Inilah sebabnya kami menyaring orang-orang yang mendaftar ke layanan kami berdasarkan daftar pantauan global, dan memblokir transaksi dari alamat IP yang mungkin milik individu atau entitas yang terkena sanksi, sama seperti bisnis jasa keuangan teregulasi lainnya.”

Meski begitu, Coinbase menilai bahwa Rusia tidak memanfaatkan kripto untuk berkelit dari sanksi keuangan. Dia menyatakan bahwa kripto bukanlah cara yang tepat untuk menghindar dari sanksi.

“Kami tidak berpikir ada risiko tinggi oligarki Rusia menggunakan kripto untuk menghindari sanksi. Karena ini adalah buku besar terbuka, mencoba menyelundupkan banyak uang melalui kripto akan lebih mudah dilacak daripada menggunakan uang tunai dolar AS, seni, emas, atau aset lainnya.”

Pendapat Arstrong bertolak belakang dengan pernyataan direktur keamanan siber Dewan Keamanan Nasional, Carol House, yang menyatakan bahwa

“Skala yang dibutuhkan negara Rusia untuk berhasil menghindari semua sanksi keuangan AS dan mitra hampir pasti akan menjadikan cryptocurrency sebagai alat utama yang tidak efektif bagi negara,” dikutip dari Bitcoin.com.