Ambisi Hanung Bramantyo Jadikan Tokoh Wayang sebagai Superhero Ala Marvel: Ini Cara Menjawab Wayang Haram

JAKARTA - Polemik wayang yang terjadi beberapa waktu lalu. Hanung Bramantyo sebagai sutradara Satria Dewa: Gatotkaca ikut buka suara.

"Semua orang boleh berpendapat. Tapi saya menyikapi wayang sebagai sebuah value, bukan sesuatu yang harus saya puja. Selama value itu Positif dan mencerahkan, menginspirasi kenapa tidak," ujar Hanung saat merilis teaser film Satria Dewa: Gatotkaca di Pacifik Place, Jakarta Selatan, Selasa, 22 Februari.

Hanung memahami kekuatirtan orang yang menyebut wayang bisa menjadi haram karena menjadi sesembahan selain Tuhan. Akan tetapi Hanung sendiri melihat wayang memiliki value yang sangat besar, salah satu tokoh superhero asli Indonesia yang juga sering menjadi wayang adalah Gatotkaca.

Gatotkaca adalah tokoh pewayangan asli Indonesia. Karakter dan nilai dirinya bisa diterjemahkan dalam berbagai bentuk. Hanung mengangkatnya ke dalam sebuah film dan dikemas semenarik mungkin sehingga memiliki value atau nilai tinggi dan menjadi superhero untuk anak Indonesia.

"Gatotkaca bisa ditransformasikan seperti Marvels dan DC punya. Itu semua kan hasil transformasi, yang penting apa? Valuenya gak hilang, yaitu Gatotkaca adalah tokoh superhero wayang, di mana ia tokoh asli dan buatan Indonesia. Ini cara saya menjawab polemik wayang haram," tuturnya.

Gatotkaca, lanjut Hanung, merupakan sosok yang pendiam, namun sering membela kebenaran dalam diamnya itu. Lalu tidak pernah banyak bicara ketika menyelesaikan suatu persoalan, baik kecil maupun besar.

"Disamping itu Gatotkaca selalu menyelesaikan persoalannya tanpa banyak ngomong. Ia bergerak dalam kesepian," katanya.

Hanung ingin juga mengemasnya secara halus. Ada pertempuran, tapi tidak memperlihatkan adanya darah dalam pertarungan di dalamnya itu.

"Kalau kita lihat film-film Marvel itu pertempurannya heboh tapi tidak ada darah. Itu sebabnya bisa ditonton anak-anak. Makanya film Satria Dewa: Gatotkaca juga tidak akan darah yang muncul," ujar Hanung Bramantyo.