Maknai Permintaan PM Belanda Mark Rutte, Indonesia Pelajari Dokumen Sejarah Perang Kemerdekaan
JAKARTA - Pemerintah Indonesia sedang mempelajari dokumen-dokumen hasil penelitian sejarah perang kemerdekaan Indonesia untuk dapat memaknai dengan benar permintaan maaf yang disampaikan oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.
"Kami tengah mempelajari dokumen tersebut agar bisa memaknai secara utuh statement (pernyataan) yang disampaikan PM Rutte tersebut," kata Jubir Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah dikutip Antara, Sabtu 19 Februari.
Dia mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia mengikuti secara saksama publikasi hasil penelitian sejarah "Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan dan Perang di Indonesia 1945-1950".
Studi tersebut dilakukan oleh tiga lembaga peneliti Belanda seperti KITLV, NIMH dan NIOD, serta beberapa peneliti Indonesia.
Baca juga:
- Khawatir Invasi Rusia, Inggris Pindahkan Operasional Kedutaan Besar di Kyiv, Minta Warganya Keluar Ukraina
- Hadiah Ulang Tahun Raja Thailand IX, 5 Nelayan Aceh Timur Terlibat Kasus Sarang Burung Walet Dibebaskan
- Rezim Militer Myanmar Direncanakan Hadiri Sidang di Mahkamah Internasional, NUG Khawatirkan Pengakuan Internasional
Sebelumnya, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Kamis 17 Februari, meminta maaf kepada Indonesia atas penggunaan kekerasan oleh militer Belanda selama masa Perang Kemerdekaan 1945-1949.
Permintaan maaf itu disampaikan Rutte pada konferensi pers di Brussels, ibu kota Belgia.
Rutte mengatakan pemerintahnya mengakui seluruh temuan yang dihasilkan sebuah tinjauan sejarah yang sangat penting itu.
Menurut studi tersebut, Belanda melakukan kekerasan secara sistematik, melampaui batas, dan tidak etis dalam upayanya mengambil kembali kendali atas Indonesia, bekas jajahannya, pasca-Perang Dunia II.