Pemerintah Sementara Bolivia 'Menyikat' Mantan Presiden Morales dengan Tuduhan Terorisme

JAKARTA - Hubungan antara mantan Presiden Evo Morales dengan pemerintahan sementara Bolivia yang dipimpin Presiden Jeanine Anez makin buruk. Terakhir, pemerintah Bolivia menyebut Morales dan para pendukungnya teroris.

Melansir Reuters, Jumat, 11 September, tuduhan terorisme kepada Morales erat kaitannya dengan kerusuhan yang pecah setelah Morales melarikan diri dari negara tersebut. Pemerintah Bolivia menyebut Morales yang mendalangi kerusuhan dan sengketa pemilihan umum. Terorisme bermotif politis, begitu pemerintah Bolivia menyebut.

Tuduhan itu bukan sekadar retorika. Laporan terorisme Morales kini diproses pengadilan tinggi Bolivia. Pemerintah mengaku memiliki bukti sambungan telepon yang berisi perintah untuk melawan pemerintahan sementara.

Pemerintah sementara menuntut hukuman penjara selama 20 tahun kepada Morales dan pengikutnya. Meski begitu, Human Right Watch menilai hal itu sepenuhnya tidak proporsional.

"Sangat penting bagi pejabat pengadilan tidak menjadi alat untuk menganiaya lawan politik dari pemerintahan apa pun yang berkuasa," kata direktur HRW untuk Amerika, José Miguel Vivanco.

Kendati demikian, kelompok HRW yang berbasis di Amerika Serikat (AS) juga mengungkap temuan ketika mereka mewawancarai Menteri Dalam Negeri Bolivia Arturo Murillo dan Ombudsman Nadia Cruz. HRW diberikan akses ke ribuan dokumen pengadilan dan laporan polisi. Ada 21 kasus yang melibatkan lebih dari seratus mantan anggota administrasi era Morales.

Tuduhan tersebut terkait dengan banyak kejahatan, mulai dari terorisme, hasutan, organisasi kriminal, dan kelalaian tugas. Oleh sebab itu, disinyalir Morales juga telah menggunakan sistem peradilan terhadap lawan-lawannya selama 13 tahun menjabat sebagai orang nomor satu di Bolivia.

Akan tetapi, langkah Morales untuk menduduki kekuasan di Bolivia pun banjir dukungan dari negara Amerika Latin lainnya. Tanpa peduli Morales dikriminalisasi di negaranya sendiri, Presiden Venezuela Nicolas Maduro lewat kicauannya di Twitter mendukung penuh langkah Morales.

“Saudara Evo! Kaum fasis tahu bahwa Anda mendapat dukungan mayoritas dari rakyat Bolivia. Itulah sebabnya mereka mencegah pencalonan Anda untuk senat. Mereka tidak akan bisa menghentikan kekuatan rakyat yang terbangun dari penindasan berabad-abad dan bertekad untuk bebas. Hidup Bolivia!,” ucap Maduro.

Namun, hari Senin, 7 September lalu pengadilan Bolivia telah menolak banding dari Morales. Pengadilan Bolivia tetap pada putusan melarang Morales mencalonkan diri sebagai senat dengan alasan dia bukan lagi penduduk Bolivia.