Pertemuan G20 di Jakarta: RI Fokus Pada Isu Kesehatan, Ekonomi Digital, dan Transisi Energi
JAKARTA - Pemerintah melalui Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan Wempi Saputra mengatakan bahwa Indonesia memfokuskan tiga agenda prioritas dalam presiden G20.
Ketiga agenda tersebut adalah arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi yang berkelanjutan.
Dalam jalur keuangan yang dipimpin oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, Presidensi G20 RI akan membawakan enam agenda prioritas, yakni exit strategy untuk mendukung pemulihan yang adil, pembahasan scarring effect untuk mengamankan pertumbuhan masa depan, sistem pembayaran di era digital, keuangan berkelanjutan, inklusi keuangan, dan perpajakan internasional.
Wempi menjelaskan exit strategy yang akan dibahas tersebut merupakan koordinasi kebijakan pemulihan ekonomi jangka pendek.
“Ini adalah koordinasi di forum G20, termasuk negara-negara maju, berkembang, dan negara-negara miskin bagaimana agar exit strategy ini terkoordinasi dengan baik, berkomunikasi dengan baik, untuk melakukan pemulihan ekonomi jangka pendek,” ujarnya secara virtual dalam Media Briefing 2nd FCBD dan 1st FMCBG G20 dikutip Selasa, 15 Februari.
Wempi menambahkan, selain exit strategy, Finance Track juga membahas scarring effect strategi untuk mengatasi luka pandemi di dalam jangka menengah dan panjang. Luka ini misalnya dalam bentuk turunnya produktivitas dan investasi, serta banyaknya pengangguran.
“Kondisi ini salah satu contoh dari luka akibat pandemi yang harus diatasi oleh semua negara dan perlu komunikasi yang sangat baik,” tuturnya.
Baca juga:
Adapun, agenda prioritas yang juga dibahas dalam Finance Track adalah sistem pembayaran di era digital terkait dengan transaksi perdagangan internasional antarnegara dan digital currency. Lalu, keuangan berkelanjutan juga akan menjadi fokus pembahasan terkait dengan perubahan iklim.
“Fokusnya adalah bagaimana suatu transisi menuju ekonomi hijau itu bisa lebih adil dan terjangkau, adjust dan affordable. Buat negara-negara berkembang, mereka memerlukan suatu transisi atau framework untuk menuju transisi ekonomi hijau dan bagaimana mengakses pasar terhadap investasi-investasi mengarah kepada green economy,” jelas dia.
Di sisi lain, inklusi keuangan juga penting menjadi topik pembahasan dalam G20. Inklusi keuangan akan diaktifkan untuk membantu pendanaan UMKM.
“Di dalam era digital, sudah banyak kebijakan ini terus didorong. Kita akan coba maksimalkan diskusi di dalam financial inclusion ini,” katanya.
Sebagai informasi, rangkaian forum G20 bertajuk 2nd Finance and Central Bank Deputies (FCBD) dan 1st Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) mulai digelar hari ini, 15 Februari hingga 18 Februari mendatang.
Pertemuan ini digunakan sebagai ajang untuk berdiskusi dan berkoordinasi mengenai kebijakan makro dalam lingkup global. Adanya forum G20 ini berperan strategis untuk mendorong perkembangan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif.