Bertemu Pemimpin Negara Baltik, Kanselir Jerman Ingatkan Sanksi Ekonomi dan Politik Jika Rusia Invasi Ukraina
JAKARTA - Kanselir Olaf Scholz memperingatkan Rusia tentang konsekuensi ekonomi dan politik 'serius', jika Rusia meningkatkan agresi militer ke Ukraina, menambahkan Jerman dan sekutunya siap untuk berdialog dengan Moskow, menginginkan perdamaian.
Dengan Rusia mengadakan latihan militer di Belarus dan Laut Hitam menyusul penumpukan pasukannya di dekat Ukraina, kebuntuan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan perang di Eropa, menyebabkan harga bahan bakar melonjak ke seluruh benua, yang bergantung pada pasokan gas Rusia.
"Apa yang dipertaruhkan saat ini tidak kurang dari mencegah perang di Eropa. Kami menginginkan perdamaian," kata Kanselir Scholz kepada wartawan pada pertemuan dengan para pemimpin negara Baltik di Berlin pada Hari Kamis, menyerukan agar Rusia mengurangi ketegangan, seperti mengutip Reuters 11 Februari.
"Agresi militer lebih lanjut oleh Rusia terhadap Ukraina akan memiliki konsekuensi politik, ekonomi dan strategis yang sangat serius bagi Rusia. Pada saat yang sama, kami siap untuk pembicaraan serius dengan Rusia, untuk dialog tentang masalah keamanan Eropa," tegasnya.
Sementara, Kremlin sendiri membantah tuduhan oleh Amerika Serikat dan sekutunya, terkait dengan kemungkinan Moskow melakukan invasi ke Ukraina.
Kanselir Scholz bertemu dengan Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas, Presiden Lithuania Gitanas Nauseda dan Perdana Menteri Latvia Krisjanis Karins, para pemimpin negara-negara Baltik yang ingin Jerman memainkan peran lebih besar dalam upaya aliansi militer NATO untuk meningkatkan pertahanan melawan Rusia di Eropa Timur.
Para pemimpin membahas bantuan nyata ke Ukraina, seperti dukungan ekonomi, keuangan serta moral, kata Presiden Nauseda dalam sebuah pernyataan video setelah pertemuan.
"(Kanselir) Scholz berpengalaman dalam situasi ini, menganggap serius ancaman yang muncul di perbatasan Ukraina dan tidak diragukan lagi melihat bagaimana mereka terkait dengan keamanan kawasan Baltik," terang Presiden Nauseda.
Baca juga:
- Amerika Serikat Setujui Potensi Penjualan 36 Jet Tempur F-15ID ke Indonesia Senilai 199 Triliun
- Sindir Tuntutan Inggris untuk Tarik Pasukannya, Menlu Lavrov: Tentara Rusia Selalu Pulang Usai Latihan, Tidak Seperti NATO
- Menlu Retno Telepon Menlu Rusia Lavrov, Indonesia Serukan Semua Pihak Menahan Diri Terkait Krisis Perbatasan Ukraina
- Iran Luncurkan Rudal Balistik Jarak Jauh Baru: Dijuluki Penghancur Kastil
Sebelum pertemuan, Perdana Menteri Latvia Karins mendesak Jerman untuk mengambil "peran utama untuk memimpin Uni Eropa dan NATO melalui masa-masa sulit ini."
"Fokus kami adalah mendukung Ukraina. De-eskalasi tidak bisa dilakukan dengan todongan senjata dan dengan mengorbankan Ukraina," timpal PM Kallas.
Sebelumnya, Kanselir Scholz dibayangi Amerika Serikat untuk menghentikan pipa gas Nord Stream 2 yang telah selesai untuk membawa gas Rusia ke Jerman, jika terjadi serangan militer Rusia ke Ukraina.