Bumi Ternyata Punya Tetangga Asteroid Kembar Berusia 300 Tahun

JAKARTA - Para ilmuwan baru saja menemukan asteroid kembar yang mungkin menjadi tetangga terbaru Bumi. Asteroid-asteroid yang saling berjarak sekitar 600.000 mil ini, tampaknya telah terpisah dari asteroid induknya hanya beberapa abad yang lalu.

Pertama kali ditemukan pada 2018, para ilmuwan yang mempelajari formasi terbang asteroid PR2 dan QR6 di dekat Bumi baru-baru ini menyimpulkan bahwa pasangan tersebut kemungkinan adalah keturunan muda dari asteroid induk yang terbelah dua pada 300 tahun lalu, menjadikan mereka pasangan asteroid termuda yang pernah ada.

“Sangat menarik untuk menemukan pasangan asteroid muda yang terbentuk hanya sekitar 300 tahun yang lalu, seperti pagi ini, bahkan kemarin dalam skala waktu astronomi,” ungkap Astronomical Institute of the Czech Academy of Sciences astronom dan penulis pertama studi tersebut. Petr Fatka.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 200 pasangan asteroid, juga batuan luar angkasa yang dihasilkan dari pecahnya asteroid induk dalam beberapa juta tahun terakhir, tetapi penelitian ini mencatat sebagian besar asteroid kembar tersebut mengorbit Matahari di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter.

Meskipun orbit asteroid PR2 dan QR6 yang sangat eksentrik membawanya hampir ke orbit Saturnus, mereka dianggap sebagai objek dekat Bumi karena jaraknya hanya sekitar 173 juta kilometer dari Matahari. Pasangan asteroid ini tidak pernah melewati jarak lebih dekat dari sekitar 40 juta kilometer dari Bumi.

Para ilmuwan kemudian menggabungkan pengamatan baru asteroid PR2 dan QR6 dengan data historis dari Catalina Sky Survey pada 2005, yang melewatkan asteroid pada saat itu.

Melansir The Independent, Kamis, 10 Februari, mereka kemudian menerapkan berbagai model untuk memundurkan jalur orbit kedua asteroid, menyimpulkan bahwa asteroid tersebut kemungkinan berasal dari satu benda dalam beberapa abad terakhir.

Sebagai informasi, Asteroid PR2 dan QR6 adalah asteroid tipe D, aglomerasi gelap dari berbagai material yang diketahui terkadang berputar sendiri hingga pecah karena efek Yarkovsky O'Keefe RadzievskiinPaddack (YORP), di mana hamburan tidak merata karena radiasi Matahari menggerakkan rotasi asteroid.

NASA sendiri mengidentifikasi efek YORP sebagai penyebab perubahan kecepatan putaran asteroid Bennu, target misi OSIRIS-REx milik NASA.

Namun, para ilmuwan menemukan efek YORP tidak cukup untuk menjelaskan bagaimana orbit pasangan asteroid itu. Sebaliknya, mereka mengatakan tubuh induk pasangan asteroid itu mungkin mirip komet, mengandung air atau es gas yang menyublim menjadi gas saat tubuh induknya lewat lebih dekat ke Matahari, pelepasan gas yang mempercepat putaran tubuh hingga pecah menjadi dua bagian yang tidak rata.

PR2 berdiameter sekitar satu kilometer, dan QR6 berdiameter sekitar 500 meter. Tetapi memahami bagaimana komet atau benda mirip komet terbelah untuk membentuk dua asteroid akan memerlukan penelitian lebih lanjut, seperti pengamatan yang ditargetkan dari Teleskop Luar Angkasa James Webb yang baru.

Setelah melewati Matahari pada 2019, PR2 dan QR6 tidak akan berada dalam jangkauan lagi sampai 2033, itu artinya Teleskop Webb memerlukan waktu yang lebih lama. Temuan ini telah dipublikasikan di Monthly Notices Royal Astronomical Society, pada 2 Februari lalu. Klik di sini untuk lebih lengkapnya.