Antisipasi Provokasi dan Ekspansi China, Taiwan Bakal Upgrade Sistem Rudal Patriot dari AS Senilai Rp1,4 T
JAKARTA - Amerika Serikat telah menyetujui kemungkinan penjualan peralatan dan layanan senilai 100 juta dolar AS atau sekira Rp1.437.695.000.000 ke Taiwan, untuk mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan sistem pertahanan rudal Patriot yang digunakan negara itu, sebut Pentagon.
Sebuah pernyataan dari Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA) AS mengatakan, badan tersebut telah menyampaikan sertifikasi yang diperlukan untuk memberi tahu Kongres, setelah persetujuan Departemen Luar Negeri untuk penjualan, yang diminta oleh kedutaan de facto Taiwan di Washington.
Peningkatan ke Sistem Pertahanan Udara Patriot akan "membantu meningkatkan keamanan penerima dan membantu menjaga stabilitas politik, keseimbangan militer, ekonomi dan kemajuan di kawasan itu," kata DSCA dalam sebuah pernyataan.
"Penjualan yang diusulkan ini melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS dengan mendukung upaya berkelanjutan penerima untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan untuk mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel," terang badan tersebut seperti mengutip Reuters 8 Februari.
Menurut badan tersebut, kontraktor utama kesepakatan ini adalah Raytheon Technologies dan Lockheed Martin.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan "sangat menyambut baik" keputusan itu.
"Dalam menghadapi ekspansi militer China yang berkelanjutan dan tindakan provokatif, negara kami akan menjaga keamanan nasionalnya dengan pertahanan yang solid, dan terus memperdalam kemitraan keamanan yang erat antara Taiwan dan Amerika Serikat," sebut kementerian dalam pernyataannya.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan keputusan untuk mendapatkan rudal Patriot yang lebih baru, dibuat selama pertemuan 2019 dengan pejabat AS pada era Pemerintahan Presiden Donald Trump.
Kementerian mengatakan, kesepakatan itu diharapkan "berlaku" dalam waktu satu bulan.
Untuk diketahui, Taiwan yang diperintah secara demokratis itu telah mengeluhkan misi berulang-ulang oleh Angkatan Udara China di zona pertahanan udaranya, bagian dari apa yang dilihat Washington sebagai upaya Beijing untuk menekan Taipei agar menerima kedaulatannya.
Baca juga:
- Tank atau Pasukan Rusia Masuki Ukraina, Presiden Biden: Tidak Ada Lagi Nord Stream 2!
- Atlet Uighur Bawa Obor Olimpiade, Gedung Putih: Tidak Mengalihkan Pelanggaran HAM dan Genosida China
- Presiden Erdogan Positif COVID-19 saat Sibuk Tengahi Konflik Rusia-Ukraina: NATO Terima Kasih, Presiden Putin Kirim Doa
- Pertemuan Presiden Putin dan Emmanuel Macron Dinilai Positif, Bisa Cairkan Ketegangan Rusia-Ukraina
Amerika Serikat, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan resmi dengan Taiwan, tetapi Washington adalah pendukung terbesarnya dan terikat oleh hukum untuk menyediakan sarana untuk membela diri.
Para pejabat AS telah mendorong Taiwan untuk memodernisasi militernya sehingga dapat menjadi 'landak' yang sulit diserang China, dengan penjualan senjata semacam itu selalu membuat marah China.
Sementara, Duta Besar China untuk Amerika Serikat bulan lalu mengatakan, kedua negara adidaya itu bisa berakhir dalam konflik militer jika Washington mendorong kemerdekaan Taiwan.