Menlu Wang Bicara dengan Menlu Blinken, China dan AS Desak Deeskalasi dan Ketenangan di Ukraina
JAKARTA - China mengatakan kepada Amerika Serikat, mereka ingin melihat semua pihak yang terlibat di Ukraina tetap tenang, menghindari meningkatnya ketegangan sementara Amerika Serikat menekankan de-eskalasi dan memperingatkan risiko keamanan dan ekonomi dari agresi Rusia.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara tentang Ukraina melalui telepon pada Rabu malam.
"Kami meminta semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri dari melakukan hal-hal yang memicu ketegangan dan meningkatkan krisis," kata Menlu Wang kepada Menlu Blinken, sebut Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters 27 Januari.
Rusia, yang telah membangun pasukannya di perbatasan Ukraina selama berbulan-bulan, menuntut NATO menarik kembali pasukan dan senjata dari Eropa timur, sekaligus melarang Ukraina, pecahan Uni Soviet untuk bergabung dengan aliansi itu.
Amerika Serikat dan sekutu NATO menolak posisi itu, tetapi mengatakan mereka siap untuk membahas topik lain, seperti pengendalian senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan.
"Menteri Blinken menyampaikan, de-eskalasi dan diplomasi adalah cara yang bertanggung jawab ke depan," bunyi pernyataan Menteri Blinken kepada Menteri Wang yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS.
Keamanan global dan risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh agresi Rusia lebih lanjut terhadap Ukraina muncul dalam pembicaraan itu, lanjut departemen tersebut.
Menteri Wang, sepertinya mengacu pada keberatan Rusia terhadap ekspansi NATO di Eropa timur mengatakan kepada Menteri Blinken, keamanan satu negara tidak dapat mengorbankan keamanan negara lain dan keamanan regional tidak dapat dijamin dengan memperkuat atau bahkan memperluas blok militer, sebut kementeriannya.
Amerika Serikat telah memperingatkan Rusia untuk tidak menginvasi Ukraina, mendesak kedua negara untuk kembali ke serangkaian pakta yang masing-masing dikenal sebagai Minsk I dan Minsk II yang ditandatangani pada 2014 dan 2015, untuk mengakhiri perang separatis oleh penutur bahasa Rusia di Ukraina timur.
Baca juga:
- Ilmuwan Pantau Subvarian Omicron BA.2 yang Tampak Lebih Menular, Ini Penjelasan Kenapa Disebut Varian Siluman
- Diantar Langsung Dubes AS di Moskow, Washington Sampaikan Balasan Tertulis Tuntutan Keamanan Rusia
- Letnan Kolonel Pimpin Kudeta Militer Burkina Faso: Pemerintah Digulingkan, Presiden Ditahan, Perbatasan Ditutup
- Sasar Pangkalan Militer AS di UEA, Rudal Balistik Zulfiqar Milik Houthi Dijatuhkan Rudal Patriot
Tetapi, serangkaian langkah militer dan politik yang ditetapkan oleh perjanjian Minsk II kemudian tetap tidak dilaksanakan, dengan desakan Rusia itu bukan pihak dalam konflik dan oleh karena itu tidak terikat oleh persyaratannya sebagai penghalang besar.
"Untuk menyelesaikan masalah Ukraina, kita masih perlu kembali ke Perjanjian Minsk yang baru, titik awal," tukas Wang.
"Perjanjian Minsk baru, yang telah disetujui oleh Dewan Keamanan, merupakan dokumen politik mendasar yang diakui oleh semua pihak dan harus dilaksanakan secara efektif. Selama upaya dilakukan sejalan dengan arah dan semangat perjanjian, China akan mendukung mereka," tandasnya.